Kolom Rehat
Ahok dan Kuping Van Gogh
Saya tidak tahu mana yang benar, tapi saya bersimpati pada mereka yang merasa ditinggalkan atau diselingkuhi.
oleh Arif Er Rachman
PEKAN ini kita, terutama pengikut berita-berita politik, dikejutkan dua hal. Pertama adalah reshuffle (perombakan kabinet) yang dilakukan Presiden Jokowi. Kali ini Jokowi kembali merekrut muka-muka lama, seperti Wiranto dan Sri Mulyani, untuk memperkuat kabinet kerjanya.
Tanggapan pro dan kontra tentu aja ada. Untuk keputusan memilih Sri Mulyani, Jokowi mendapat banyak tanggapan positif meski ada juga yang mencibir. Sedangkan untuk Wiranto, sebagian besar tidak suka meski tentu saja ada yang memuji. Kita lihat saja hasil kerja mereka nanti. Semoga kabinet ini menjadi lebih baik.
Kejutan kedua adalah keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok untuk maju pada Pikada DKI 2017 lewat jalur partai politik (parpol), bukan jalur independen seperti yang diharapkan sebelumnya. Keputusan itu dianggap oleh sejumlah pengamat sebagai 'jurus mabuk' -- entahlah maksudnya apa, positif atau negatif.
baca juga : Pokemon dan Bocah-bocah Suriah
Kekecewaan muncul di kalangan Teman Ahok (sebutan untuk para pendukung Ahok). Banyak pemberi KTP pada Ahok menyesal hingga muncullah hastag atau tagar #BalikinKTPGue di Twitter dan sempat menjadi trending topic.
Berbagai meme juga menghiasi media sosial. Yang paling paling menyedot perhatian adalah gambar orang mengenakan t-shirt bertuliskan 'KTP GUE BUAT AHOK' diubah menjadi "JADI KTP GUE APAAN, HOK?" Ada juga meme memperlihatkan bahwa Ahok 'berselingkuh' dengan parpol dengan gambar seorang gadis bernama 'Teman Ahok' yang memeluk mesra lelaki bernama 'Ahok' yang tangan lainnya memegang erat tangan gadis lain bernama 'Parpol'.
Meski begitu banyak juga Teman Ahok yang mengaku sama sekali tidak terpengaruh pada keputusan Ahok itu dan tetap mendukungnya untuk jadi gubernur meski lewat parpol. Mereka bahkan menuduh mereka yang kecewa bukan Teman Ahok sejati.
Alasan mereka yang mengaku sebagai Teman Ahok sejati ini, memberikan KTP pada Ahok adalah berharap Ahok kembali memimpin Jakarta. Jadi, mereka akan tetap mendukung Ahok meski lewat parpol. Yang penting, bagi mereka, Ahok tetap jadi Gubernur DKI.
Sedangkan alasan Teman Ahok yang kecewa adalah karena mereka memberikan KTP kepada Ahok dengan harapan Ahok mencalonkan diri dalam Pilkada DKI 2017 lewat jalur independen. Kerena, dengan begitu Ahok ikut memperkuat wacana deparpolisasi (akibat banyak warga yang muak dengan parpol) dan mengusung paradigma baru dalam pendidikan berpolitik. Tapi ternyata Ahok lebih memilih jalur parpol, kecewalah mereka.
Saya tidak tahu mana yang benar, tapi saya bersimpati pada mereka yang merasa ditinggalkan atau diselingkuhi.
Terlebih karena pada perayaan pengumpulan 1 juta KTP di Markas Teman Ahok, Graha Pejaten, 19 Juni lalu, Ahok dengan gamblang berkata seperti ini: "Teman Ahok enggak mudah kumpulkan 1 juta KTP. Kalau saya disuruh pilih, pilih Teman Ahok tapi gagal jadi gubernur atau jadi gubernur tapi tinggalkan Teman Ahok? Saya pilih gagal jadi gubernur saja."
baca juga : Mengapa Westerling Tersenyum?
Oh iya, gara-gara keputusan Ahok mengambil jalur parpol, berita beberapa bulan lalu tentang Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Haji Lulung yang akan mengiris kupingnya jika Ahok benar-benar mangambil jalur independen muncul lagi pekan ini di media sosial.
Sambil bercanda, seorang netizen mengatakan bahwa seteru nomor satu Ahok itu punya pandangan visioner. Ha ha...
Ngomong-ngomong soal iris kuping, tentu saja saya jadi ingat Vincent van Gogh yang mengiris sendiri sebelah kupingnya, kemudian membungkusnya dengan kertas lalu memberikannya pada seorang PSK di kompleks pelacuran yang ia biasa kunjungi.
Kita tahu, van Gogh adalah salah satu pelukis asal Belanda paling terkenal di dunia dengan lebih dari 2.100 karya seni yang sebagaian besar adalah lukisan beraliran post-impressionism. Lukisan- lukisannya saat ini menjadi koleksi museum-museum top dunia dengan harga miliaran rupiah.
Tapi semasa hidup dan berkiprah di Paris pada 1886-1888, van Gogh adalah pelukis yang tidak diperhitungkan dan hampir selalui bokek. Sepanjang hidupnya ia hanya menjual satu lukisan. Ia sering depresi dan memiliki mental yang tidak stabil. Untuk kebutuhan finansial, van Gogh dibantu adiknya, Theo, yang merupakan makelar lukisan sukses.
Suatu malam, tepatnya pada 23 Desember 1888, van Gogh berselisih sengit dengan Gauguin, karibnya sesama pelukis. Ia mengancam pelukis asli Prancis itu dengan pisau silet namun pada akhirnya justru van Gogh yang mengiris habis sebelah kupingnya.
baca juga : Islandia dan Surga Jurnalisme
Ia kemudian dirawat secara fisik dan mental di rumah sakit di wilayah Saint Remy. Dalam masa rehabilitasi itulah van Gogh menghasilkan ratusan mahakarya lukisannya. Namun dua tahun kemudian, penyakit mentalnya kabuh lagi setelah menerima surat dari Theo yang mengabarkn bahwa adiknya itu akan segera menikah dan karena itu tidak bisa lagi membantu keuangan bagi van Gogh.
Beberapa pekan kemudian, pada 27 Juli 1890, van Gogh berjalan dengan santai ke tengah ladang gandum dan menembak dadanya sendiri dengan sepucuk revolver. Dan dua hari kemudian, tepat pada tanggal saya menulis kolom ini (29 Juli) tapi 126 tahun silam, van Gogh dinyatakan meninggal dalam usia yang relatif muda, 37 tahun.
Lantas apa hubungannya dengan Ahok? Tidak ada, sebenarnya. Karena saya yakin seberapa pun kecewanya para pemberi KTP kepada Ahok, mereka masih waras dan tidak akan mengiris kuping mereka seperti van Gogh. (*)
***
Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.
Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim