Milisi Abu Sayyaf

Nasib 7 ABK yang Diculik Kelompok Abu Sayyaf Belum Jelas, Keluarga pun tak Bisa Tidur Nyenyak

Penyandera meminta pemerintah Indonesia atau pihak perusahaan membayar tebusan senilai Rp 65 miliar.

Penulis: tribunkaltim |
TRIBUN KALTIM/AZHAR SRIYONO
Kapal TB Charles 

Mega juga mengungkapkan rasa kekhawatirannya kepada suaminya. Selain karena menjadi sandera, diketahui Ismail memiliki penyakit maag yang cukup parah. Bahkan jika maagnya kambuh, sering kali Ismail muntah.

Tak hanya itu saja, sejak suaminya menjadi sandera kelompok bersenjata Filipina itu, setiap malam tidak bisa tidur dan kerap menangis.

Kendati demikian, dirinya yakin suami dan kru kapal lainnya akan selamat.

Baca: Hari ke-51 Penyanderaan, Keluarga dan Perusahaan Gelar Doa Bersama untuk Keselamatan ABK

"Kalau saya tidur, saya seperti mengkhianati dia (Ismail). Jadi saya sudah susah tidur dan kerap tidak tidur sepanjang malam, karena kepikiran dia. Bagaimana dia sana, apakah sudah makan maupun kesehatan dia seperti apa," tuturnya.

Mega mengaku, psikolog yang dikirim Kementerian Luar Negeri cukup membantu dirinya dan kelaurga ABK lainnya. Meski demikian tetap saja dirinya sangat membutuhkan psikolog yang saat ini tengan menjadi sandera di Filipina, yakni suaminya.

"Saya tidak butuh psikolog dari Kementerian, karena psikolog saya ada di Filipina, segera saja datang dia (Ismail)," ucapnya sambil tersenyum.

"Saya inginnya ke Jakarta lagi, ya untuk jemput suami saya," tambahnya.

Abdul Muis, ayah Kapten Ferri Ariffin akan menagih janji pemerintah, yang menyatakan kepada dirinya dan keluarga ABK lainnya untuk membebaskan kru kapal dengan selamat. Janji tersebut diberikan pemerintah, melalui Menkopolhukuam Wiranto.

"Pemerintah sudah berjanji dan itu harus ditepati, dan kami akan tagih janji itu. Apapun cara yang digunakan pemerintah, yang penting mereka cepat pulang dan selamat sampai di Indonesia," tuturnya.

Tak Bisa Berbuat
Ultimatum yang dikeluarkan kelompok milisi Abu Sayyaf membuat keluarga sandera harap‑harap cemas. Bukan tak mungkin keselamatan WNI yang sebagian besar berdomisili di Samarinda terancam.

Panglima Kodam VI Mulawarman Mayjen TNI Johny L Tobing kepada wartawa di Balikpapan mengaku tak bisa berbuat banyak terhadap permasalahan tersebut. Hal tersebut di luar kewenangannya, meskipun sandera merupakan WNI yang berasal dari Kaltim.

"Tak banyak bisa kami (Kodam) lakukan yang bisa memberikan dampak kepada keluarga korban saat ini. Masalah ini sepenuhnya ditangani pusat. Prinsipnya kami kalau diperintah siap. Siapkan itu, baru kami siapkan. Tapi bagaimana mereka bisa pulang , jujur kami belum bisa berbuat apa‑apa," katanya.

Pemerintah saat ini telah banyak melakukan upaya terkait pembebasan WNI yang disandera Abu Sayyaf untuk ketiga kalinya. Mulai negoisasi hingga pertemuan diplomasi antarMenteri Luar Negeri.

"Kami hanya bisa memberikan saran kepada mereka (keluarga korban) sama-sama perbanyak berdoa kepada Tuhan demi keselamatan ," ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved