Antara Telkomsel, Smartphone, dan Ulap Doyo

Ternyata pengunjung yang datang ke stannya banyak yang suka dengan model busana Samantha Project.

TRIBUN KALTIM/TRINILO UMARDINI
Martha Nalurita, pemilik Samantha Project memasarkan produknya lewat media sosial seperti Facebook dan Instagram. 

Dari situ mulailah ia serius menggarap pasar ini. Apalagi, ia juga sudah menjadi 'langganan' Telkomsel Loop Pop Up Market untuk membuka stan karena keunikan produknya.

Selain lewat medsos, Atha juga tengah merintis kerja sama dengan situs belanja online khusus produk buatan tangan (homemade) yang sudah berskala nasional.

Animo pasar bisa dibilang lumayan mengingat usahanya juga berdiri belum lama. Awalnya, Atha hanya menerima usaha jahitan pada 2013. Ia menggunakan mesin jahit Singer manual saat itu.

Lantaran mulai merasa suka dan serius di dunia fesyen, Atha pun melengkapi usahanya dengan dua unit mesin listrik portable merk Singer dan Brother, mesin obras, dan alat pembungkus kancing. Satu per satu, alat-alat menjahit dan pendukungnya mulai dilengkapi.

Semua pesanan jahitan dan membuat produknya dia lakukan sendiri. Begitu pesanan jahitan mulai menggunung dan stok baju ready to wear-nya selalu kehabisan, ia mulai mencari karyawan.


TRIBUN KALTIM/TRINILO UMARDINI -- Seluruh produk busana Samantha Project dikerjakan di rumah Martha Nalurita di Balikpapan Baru, Kalimantan Timur. Saat ini ia dibantu dua pekerja wanita.

Meski tak punya toko, Atha merasa terbantu dengan kehadiran medsos. "Dengan medsos, kita bisa lebih leluasa memasarkan produk. Tak terbatas dibeli oleh warga Balikpapan saja tapi bisa seluruh Indonesia," tutur Atha. Dalam seminggu bisa terjual 10 baju. Bahkan 30 stok bajunya juga sold out!

Sebagai pembuat karya, ia merasa bangga sekali produknya sudah sampai Jepang. "Pembuatnya saja belum pernah ke Jepang, tapi bajunya sudah jalan-jalan ke sana," seloroh Atha.

Lantaran pasarnya yang semakin meluas, Atha pun mulai memasang target. Per bulan, ia harus bisa memproduksi 40 potong busana. Selain itu ia juga harus menyelesaikan jahitan 20 baju pelanggan.

Demi kelancaran toko onlinenya, Atha memilih provider Telkomsel. Ia mengaku, sudah sejak 2002 menjadi pelanggan Telkomsel, saat masih kuliah. "Malas gonta-ganti nomor. Terus kalau kebetulan travelling ke daerah terpencil, Telkomsel yang paling nyangkut sinyalnya," ungkap Atha.

Jika dulu hanya sebatas bertelepon atau SMS, kini Atha pun memanfaatkan untuk pemakaian data Internet (broadband). "Biasanya pembeli japri langsung setelah melihat-lihat foto produk di FB atau Instagram," tutur Atha.


HO/SAMANTHA PROJECT -- Kimi kimono lurik ulap doyo, salah satu produk dari lini busana Samantha Project.

Atha hanyalah satu dari sekian banyak pelanggan Telkomsel yang memanfaatkan teknologi digital. Saat ini jumlah pelanggan Telkomsel di Kalimantan lebih dari 14 juta dan 4,7 juta di antaranya ada di Kaltim. Pengguna broadband sendiri mencapai 68 persen sedangkan sisanya voice dan SMS.

Seluruh produk Telkomsel bisa digunakan untuk data, baik itu kartu HALO, simPATI, maupun kartu As.

Baca juga: Mudik, Mampir ke Layanan Posko Siaga Telkomsel untuk Santai dan Berbagai Layanan Menarik Lainnya

Menanggapi banyaknya pengguna broadband ketimbang voice dan SMS, Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah mengungkapkan, sebagai operator selular terbesar di Indonesia, Telkomsel selalu mengedepankan manfaat positif dari teknologi untuk membantu masyarakat.

"Terbukanya akses telekomunikasi dan semakin banyaknya masyarakat yang terhubung dengan smartphone, maka revolusi digital saat ini akan membawa Indonesia untuk maju lebih cepat, karena perubahan teknologi dan pertukaran informasi terjadi lebih cepat dari pada sebelumnya," papar Ririek.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved