Kolom Rehat
Tempat Tergelap di Neraka
Implikasi jumlah populasi berdasarkan penghitungan progresi geometis itu adalah ledakan jumlah penduduk yang mengerikan.
Kita, kata lelaki itu, di ambang krisis moral dan spiritual. Dan kini saatnya untuk bertindak, karena orang yang tetap bersikap netral pada saat krisis moral hanya akan berada di tempat tergelap di neraka.
"Ketika semua tempat di dunia penuh sesak oleh penghuni sehingga mereka tak bisa bertahan hidup di tempat mereka berada dan juga tak bisa pindah ke tempat lain ... Dunia akan membersihkan diri. Dan epidemi wabah adalah cara alami dunia untuk membersihkan dirinya sendiri," kata lelaki itu mengutip Machiavelli.
Karena tak ingin berada di tempat terdalam di neraka, ilmuwan genetika yang kaya raya itu kemudian melakukan tindakan yang dianggapnya sebagai solusi untuk kelangsungan umat manusia.
Ia menciptakan virus vektor dan menyebarkannya hingga mewabah ke seluruh dunia.
Virus itu secara acak bisa memodifikasi DNA yang mengakibatkan sepertiga manusia steril atau mandul.
Dengan demikian pertumbuhan penduduk akan menncapai tingkatan yang lebih stabil.
Virus ini telah menyebar beberapa saat setelah ilmuwan itu terpaksa bunuh diri dan menganggap diri sebagai martir penyelamat manusia.
Syukurlah ilmuwan brilian yang juga 'gila' bernama Bertrand Zobrist ini hanyalah tokoh antogonis dalam novel "Inferno", karya Dan Brown yang namanya meroket setelah menulis novel kosntroversial The Da Vinci Code ini memang fiksi, tapi semua persoalan di dalamnya, terutama soal overpopulasi, adalah persoalan nyata yang harus kita hadapi saat ini.
Dan film adaptasi dari novel tersebut dengan judul yang sama sedang diputar di bioskop-bioskop Indonesia, termasuk Balikpapan, sejak Jumat kemarin.
Begitulah. Selamat berakhir pekan. (*)