Ledakan Bom di Samarinda
Mengapa Ada Teror Bom di Daerah Kondusif? Begini Analisa Kriminolog
Dalam kasus pengeboman Gereja Oikumene di Sengkotek, Samarinda, Hairan menilai ada faktor kelengahan intelijen aparat.
Penulis: Rafan Dwinanto |
Laporan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Provinsi Kaltim identik sebagai wilayah yang kondusif meski warganya berasal dari berbagai latar suku dan agama.
Namun jika ditelisik lebih dalam, provinsi ini sejatinya cukup rentan dengan potensi aksi terorisme.
"Kalau kita bicara Kaltim, memang daerah ini kondusif. Tapi jika dikaitkan dengan teror, tentu harus waspada. Secara teoritis, daerah ini jadi tempat sembunyi teroris. Mungkin karena kondisinya yang kondusif tadi," ujar Hairan, kriminolog dari Universitas Mulawarman (Unmul).
Buktinya, kata Hairan, kepolisian kerap kali mengamankan berbagai terduga teroris.
(Baca juga: Polisi Sebut Pelempar Bom di Depan Gereja Dalam Kondisi Sehat )
"Kan banyak terduga teroris yang diamankan di Kaltim. Termasuk rekan Imam Samudra," sebut Hairan.
Dalam kasus pengeboman Gereja Oikumene di Sengkotek, Samarinda, Hairan menilai ada faktor kelengahan intelijen aparat.
"Dari berbagai informasi yang beredar. Pelaku ini kan residivis kasus teror juga. Intelijen pasti punya alat mengontrol orang-orang yang sudah masuk klasifikasi teror," katanya lagi.
Bisa jadi, kata Hairan, ada keterbatasan yang membuat intelijen tak bisa menindak.
Pun demikian dengan kepolisian yang menunggu peristiwa terjadi, lantaran tidak memiliki cukup bukti materil untuk menindak.
"Sementara BIN (Badan Intelejen Negara) tidak punya kewenangan menangkap. Ini juga jadi pembahasan di UU Intelejen. Apa BIN juga bisa diberi diskresi untuk menindak. Atau hanya polisi," katanya lagi. (*)