Ledakan Bom di Samarinda

Takut ke Gereja, Anak-anak Jemaat Oikumene Masih Trauma Ledakan Bom

"Pas kejadian ledakan saya ada di dalam gereja sedang main HP. Saya sendiri tidak tahu kalau adik saya yang jadi korban,

TRIBUNKALTIM.CO/CHRISTOPER DESMAWANGGA
Ketua KPAI Kota Samarinda, Sri Lestari, bersama dengan anak-anak jemaat gereja Oikumene berfoto bersama usai kegiatan pendampingan, Sabtu (3/12/2016). 

Laporan wartawan TribunKaltim.co, Christoper D

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Trauma atas insiden teror bom di gereja Oikumene pada 13 November 2016 masih membayangi jemaat gereja, terutama anak-anak.

Hal tersebut diungkapkan oleh Pendeta Ersa Adim Simamora. Dia menjelaskan anak-anak jemaat gereja Oikumene masih takut untuk beribadah ke gereja.

"Ada sekitar 20 anak yang rutin ikut sekolah minggu, mereka masih trauma. Bahkan kami sudah memisahkan ibadah mereka dengan dewasa, namun mereka menolak karena takut," ungkapnya, Sabtu (3/12/2016).

Simak: VIDEO – Korban Ledakan Bom Gereja Oikumene Titip Pesan Kepada Staf Khusus Presiden RI

Sementara itu, Joy Rian Fernandes Hutahayan (13), yang merupakan kakak dari salah seorang korban ledakan bom, Trinity Hutahaya, mengaku di awal terjadinya ledakan bom dirinya sangat takut untuk pergi ke gereja. Bahkan lewat di depan gereja pun dia enggan.

"Pas kejadian ledakan saya ada di dalam gereja sedang main HP. Saya sendiri tidak tahu kalau adik saya yang jadi korban, karena setelah mendengar bunyi ledakan, saya langsung lari lewat samping. Minggu lalu saya sudah ke gereja, sekarang tidak takut lagi karena ada polisi yang jaga," ungkap bocah kelas VIII SMP itu.

Guna mengurangi trauma tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan (BPMP) Kota Samarinda bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kota Samarinda menggelar kegiatan pendampingan dengan mengajak serta psikolog yang ada di Universitas Mulawarman (Unmul) dan Univeritas 17 Agustus 1945 (Untag).

Baca: Ayah dan Anak Berkolaborasi di Balik Teror Bom Gereja Oikumene

Sabtu (3/12/2016) pagi, terdapat sedikitnya 20 anak dan juga orang tua berkumpul di rumah warga yang berada di Jalan Cipto Mangunkusumo.

Di rumah tersebut, terdapat 30 psikolog yang datang untuk melakukan pembinaan maupun sebagai wadah konseling bagi orang tua jemaat gereja Oikumene.

Selain itu, anak-anak dihibur dengan cerita dongeng dengan peragaan boneka dan juga pembagian bingkisan oleh Ketua KPAI Kota Samarinda, Sri Lestari, yang juga merupakan istri dari Wakil Wali Kota Samarinda, Nusyirwan Ismail.

"Semenjak kejadian itu, kami bersama sejumlah LSM telah merencanakan untuk melakukan pendampingan terhadap orangtua dan juga anak-anak jemaat untuk hilangkan trauma mereka. Kegiatan ini tidak hanya sampai di sini saja, akan terus berlanjut hingga mereka pulih sepenuhnya," tutur Sri Lesatari. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved