Pilgub DKI Jakarta
Munculnya Konflik Ke-Indonesiaan dan Ke-Islaman Akibat Pilkada DKI
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Salahudin Wahid mengungkapkan munculnya gejala konflik ke-Indonesiaan dan ke-Islaman.
"Sejauh pengamatan saya banyak muslim setuju bahwa mereka tidak boleh milih non-muslim," ujarnya.
Namun, Gus Sholah menyayangkan terjadinya perbedaan antar dua kelompok tersebut. Padahal, kedua pihak harusnya saling menghormati pilihan dan pendapat masing-masing.
"Tidak perlu saling salahkan, serang, atau ejek. Pilkada terjadi di banyak tempat tapi tidak pernah terjadi konflik tajam seperti Pilkada DKI," sebutnya.
Ia melihat hal ini memang ada pemicunya yakni ucapan Ahok. Namun,Gus Sholah tidak menyebut ucapan mana yang memicu pertentangan kedua kelompok tadi.
"Karakter itu dipicu tindakan dan perilaku Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang sering tidak bisa mengendalikan diri dalam berbicara dan juga dipicu Polri yang dianggap dikalangan Islam tidak adil dan memihak," kata dia.
Baca: Gus Sholah Dukung Anies Baswedan dan Mahfud MD
Baca: Gus Solah dan Romo Magnis Gelar Konvensi Rakyat Capres RI 2014
Gus Solah menilai, kedua kelompok pendukung yang bertentangan itu bisa duduk bersama, untuk merajut kembali persatuan. Caranya melalui dialog dengan hati dan kepala yang dingin.
"Perbedaan pandangan antar dua kelompok di atas harus diselesaikan dalam dialog, tidak bisa diselesaikan dengan unjuk rasa atau mengirimkarangan bunga dalam jumlah banyak," ucapnya.
Tinggal pertanyaannya, sambung dia, siapa yang akan memprakarsai dialog tersebut, siapa tokoh yang mewakili yang bisa diterima kedua pihak, dan lainnya. Ia menilai, tempat dialog misalnya bisa dilakukan di gedung MPR.
"Dialog harus terbuka. Apa yang diinginkan dan tidak diinginkan kedua kelompok," ujarnya.
Hadir dalam acara ini, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Agama RI Lukman Hakim, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin, dan tokoh lainnya. (*)