Breaking News

Relationship

Tak Ada Panutan dari Orangtua, Bagaimana Gaya Pacaran ala Generasi Milenial?

Generasi milenial sering disebut sebagai generasi yang sangat terbuka, senang kepraktisan dan berani mengambil risiko.

NET/GOOGLE
Ilustrasi - remaja pacaran 

TRIBUNKALTIM.CO -- Generasi milenial sering disebut sebagai generasi yang sangat terbuka, senang kepraktisan dan berani mengambil risiko.

Dalam hal kehidupan asmara, ternyata tak jauh berbeda.

Menurut psikolog Elizabeth Santosa, generasi yang lahir antara tahun 1980-1995 ini juga menyukai kepraktisan dan kurang memiliki makna.

Milenial dianggap kurang memiliki kedekatan dengan orangtuanya sehingga kehilangan panutan dalam membina sebuah hubungan yang baik.

Banyak yang saat berpacaran hanya mengumbar kemesraan di media sosial.

Baca: Penampilan Gibran yang Generasi Milenial Beda dengan Agus Yudhoyono, Kamu Lebih Suka yang Mana?

"Jadi tidak ada idealisme mengenai hubungan yang baik. Itu mengapa percintaan yang bermakna diambang kelangkaan," kata psikolog yang akrab disapa Miss Lizie di acara FiestaFunTalk ‘Millennials Romance 101, di Jakarta Pusat, Rabu (16/8/2017).

Dia melihat, pada orang muda saat ini, sebuah hubungan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan pengakuan.

Misalnya anggapan bahwa seseorang dianggap dewasa jika sudah memiliki pasangan, yang berani berhubungan seks dianggap jantan atau memiliki pacar yang ganteng atau cantik dianggap prestasi.

Ilustrasi
Ilustrasi (Thinkstockphotos)

"Dari dulu sudah ada seperti ini, tapi sedikit berubah sekarang karena kedua orangtua kerja. Dulu kan papanya saja yang kerja. Jadi pada dasarnya penanaman nilainya juga semakin enggak ada. Aksesnya lebih banyak ke Google," kata Lizzie.

Oleh karena itu, menurut dia, generasi milenial butuh panutan tentang sebuah hubungan yang baik.

Baca: Oooh Ternyata Semakin Banyak Pasangan yang Kirim Sexting, Ini Buktinya

Bila panutan adalah orangtua pasti mereka bisa dijadikan teladan.

Saat ini idola generasi milenial adalah selebriti media sosial.

Hubungan asmara tokoh idola yang dipamerkan di media sosial dijadikan relationship goal oleh kebanyakan remaja.

Selain itu, orangtua juga perlu memposisikan diri sejajar bila berbicara soal pacaran sehat dengan anak mereka.

Baca: Mengharukan, Kisah Guru SMK Mencari Polisi Pemilik Gaji yang Ditemukannya 11 Tahun Lalu

"Orangtua tidak bisa bicara satu arah, sudah harus seperti teman dan harus diskusi. Enggak efektif kalau hanya wejangan. Perlu diskusi supaya buka wawasan. Wejangan itu tugas (orangtua saat anak usia) 0-14 tahun," ujar dia. (Kompas.com/Kahfi DIrga Cahya)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved