HUT Kemerdekaan RI

Sebelum Bertugas Pengibar Bendera Cantik ini Sempat Menangis, ini Penyebabnya

saat briefing di mess karantina, ia bersama 3 pengibar bendera dipanggil oleh pelatih secara diam-diam.

TRIBUNKALTIM/M FACHRI RAMADHANI
Aksi Amel Ramadhani Gultom, Sang pembawa bendera pada Upacara Kemerdekaan di Lapangan Merdeka Balikpapan, Kamis (17/8/2017). 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Air mata sempat mengalir di pipi Amelia Ramadhani Gultom, saat memandang banjir dari balik jendela bus Pemerintah Kota yang membawa 39 anggota Paskibraka menuju Lapangan Merdeka Balikpapan. 

Saat itu hujan mengguyur kota minyak sejak dini hari. Dalam hatinya ia memikirkan perasaan puluhan rekannya yang lain, bagaimana bila akibat hujan itu mereka tak ikut dalam prosesi pengibaran bendera merah-putih, Kamis (17/8/2017).

Baca: Ucapkan Selamat HUT RI Unggahan DJ Soda Bikin Netizen Tertawa, Ada Nama Yusuf Mansyur

Pasalnya pada saat briefing di mess karantina, ia bersama 3 pengibar bendera dipanggil oleh pelatih secara diam-diam.

Mereka diberitahu jika hujan semakin deras, pengibaran bendera tetap dilakukan tapi hanya pengibar dan pemegang nampan bendera yang tampil di lapangan. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir resiko yang tak diinginkan.

"Jalan di bus lihat hujan dan banjir, nangis saya. Kalau yang main pengibar sama saya, terus teman-teman yang lain enggak, kan kasihan. Lima bulan latihan hanya untuk beberapa menit, tapi batal," kata gadis kelahiran Jakarta 12 Desember 16 tahun silam itu.

Baca: Masuk Kategori Justice Collaborator, Nazaruddin dan Gayus Dapat Remisi Pengurangan Hukuman

Namun kesedihannya terhapus saat pelatih mengumumkan di dalam bus sesaat sebelum turun, bahwa semua Paskibraka bakal tampil kendati hujan masih mengguyur deras.

"Saat pelatih bilang begitu, saya senang. Semua bisa main. Hasil latihan selama ini bisa kami tunjukkan di hadapan Walikota dan warga," tuturnya.

Kekhawatiran para pelatih tak lain karena persoalan medan lapangan yang becek. Tanah yang lembek beresiko membuat sepatu menancap saat pasukan Paskibraka melangkah dengan gaya mereka. Kontur tanah yang tak rata berpengaruh pada keseimbangan saat berjalan maupun membentuk formasi. 

"Yang dikhawatirkan medan aja. Sepatu bisa copot sebab nancap di tanah. Resiko jatuh dan kepleset besar karena tanah bergelombang, gak rata," kata fans berat James Rodrigues mantan Pemain Real Madrid FC yang saat ini membela Bayern Munchen saat ditemui di Town House, Perumahan BDI Balikpapan Selatan.

Baca: Foto-foto Dramatis yang Bikin Respek, Meski Diterjang Musibah Mereka Tetap Kibarkan Merah Putih

Resiko besar mereka ambil dengan berani, seluruh Paskibraka di bus pun tahu resikonya. Namun mereka menjawab resiko dengan keyakinan bisa menunaikan tugas mengibarkan bendera merah putih di hari peringatan Ir Soekarno mengagungkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.

Dengan penuh percaya diri para Paskibraka tersebut memasuki Lapangan Merdeka Balikpapan. Tampak jelas cipratan air akibat hentakan kaki puluhan Paskibraka saat melangkah, jalan di tempat hingga membentuk berbagai formasi dalam pengibaran tersebut.

Anak kedua yang suka main Voli ini mengaku renyuh ketika melihat warga Balikpapan di pinggir lapangan.

Meskipun hujan mereka masih datang menonton pengibaran bendera. Ia juga masih mengingat jelas saat tangannya gemetar menerima bendera dari Walikota Balikpapan Rizal Effendi. 

Amel sapaan akrabnya bertugas sebagai pembawa nampan bendera.

Baca: Kisah Polisi Pengawal Bung Karno, Tak Tahu jika Proklamasi Bakal Dibacakan

"Saya takut bendera kenapa-kenapa. Khawatir, deg-degan, campur senang dan bangga diberi kehormatan itu," katanya.

Kendati hujan mengguyur, nyatanya 39 anggota Paskibraka dan 32 anggota Pasukan 45 berhasil menunaikan tugasnya. Bendera merah putih berkibar di tiang tertinggi. Lagu Indonesia raya berhenti, seluruh tamu undangan hingga warga sekitar menurunkan tangannya dari posisi hormat.

Para Paskibraka tersebut kemudian menuju ke luar Lapangan. Sesaat sebelum meninggalkan lapangan tepuk tangan meriah dari warga sekitar yang rela hujan-hujanan membayar keberanian dan kegigihan mereka.

Mereka kemudian bergegas masuk ke dalam bus, mengingat harus kembali ke karantina secepat mungkin. Baju mereka harus segera dicuci lantaran penuh lumpur.

Tak lama terdengar suara teriakan dari dalam bus, tanda luapan kelegaan setelah berhasil melaksanakan tugas. 

"Saat di bus semuanya menangis. Semua lega dan bangga. Alhamdulillah, pengibaran berjalan lancar. Meski seragam kami becek semua," bebernya.

Untuk diketahui selama 5 bulan mereka menjalani latihan keras. Setiap hari mereka dilatih fisik dan mental. Ditambah 2 minggu masa karantina. 

Baca: Mengerikan, Pohon 200 Tahun Roboh saat Puluhan Orang Berkerumun di Bawahnya, Akibatnya Sungguh Fatal

Apel pagi, olahraga pagi,  bersih-bersih kamar, sarapan, berangkat menuju laopangan untuk latihan sampai sore, hingga malamnya sesi materi, hal itulah yang tak bisa dilupakan dengan mudah, ungkap Amel. Selain perkara smartphone yang dikumpul dan penggunaannya yang dibatasi.

"Tapi yang penting itu kebersamaan rekan-rekan di sini. Sore nanti (17/8/2017) masih ada tugas, semoga hujan reda. Banyak warga yang menyaksikan," kata Amel yang tak lama kemudian dipanggil pelatihnya untuk segera merias diri.(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved