Skandal Saracen

5 Hal yang Harus Kamu Ketahui tentang Saracen, Sindikat Penyebar Kebencian dan Hoax

Dirinya juga membagikan ulang posting dari anggota Saracen yang bermuatan penghinaan dengan menggunakan akun pribadi

Editor: Syaiful Syafar
Vice
Ilustrasi 

1. Pakai akun palsu viralkan di medsos

Ilustrasi
Ilustrasi (net)

Kelompok Saracen, memiliki cara kerja yang terorganisir dalam menyebarkan konten-konten berbau ujaran kebencian di media sosial.

Proses penyebaran ujaran kebencian dimulai dari pembuatan konten yang dalam bentuk meme yang dapat berbentuk pranala, video, gambar, laman web, tagar, atau kata-kata.

"Dari penelusuran penyidik bahwasanya dia membuat meme itu lalu ditampung di dalam satu grup. Nanti membuat meme lagi lalu dibuat grup lagi," ujar Kepala Bagian Mitra Divisi Humas Polri, Kombes Pol Awi Setiyono, kepada wartawan di Mabes Polri Jalan Trunojoyo, Jakarta, Kamis (24/8/2017).

Baca: Luis Milla Terlihat Kalem, Ternyata Ini Tugas Berat Bima Sakti untuk Timnas Indonesia

Setelah disebar di grup-grup tersebut, para anggota Saracen lalu membantu menyebarkan di dalam akun-akun media sosial palsu yang mereka miliki.

"Kemudian yang lain membantu memviralkan dalam akun-akun lain," tambah Awi.

Dalam proses penyidikan, polisi menemukan beberapa akun milik anggota Saracen.

"Dia bergantian bahkan yang ketua sendiri ada sekitar kita temukan hate speech-nya ada 6, ada juga akun-akun lainnya ada 11," tutur Awi.

2. Paket sesuai pesanan, harganya puluhan juta

Ilustrasi
Ilustrasi (KOMPAS.com)

Fakta lain tentang kelompok Saracen, mereka melakukan aksinya karena motif ekonomi.

Dalam melakukan aksinya, kelompok Saracen bekerja sesuai dengan permintaan dari pihak yang memesannya.

"Itu yang kemudian tergantung pemesanan. Kalau pesanannya mau menjelek-jelekan Islam dia punya akun sendiri sampai 2000, yang pemerintah juga," ujar Kasubdit 1 Dit Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, AKBP Irwan Anwar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (23/8/2017).

Irwan mengatakan bahwa kelompok Saracen memiliki ribuan akun media sosial.

Akun tersebut akan digunakan untuk menjelek-jelekkan kelompok tertentu sesuai dengan permintaan dari pemesan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved