Polemik Transportasi Online
Pendemo Ancam akan Memarkirkan Mobil di Kantor Wali Kota Berhari-hari
Para sopir beserta kendaraannya telah meramaikan sepanjang Jalan Jendral Sudirman, area kantor Walikota Balikpapan.
Penulis: Budi Susilo |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO BALIKPAPAN - Sejumlah sopir angkutan kota (angkot) Balikpapan telah berkumpul di kawasan samping gedung Kantor Walikota Balikpapan pada Rabu (11/10/2017).
Geliat keramaian massa mulai terlihat sekitar pukul 08.55 Wita.
Para sopir beserta kendaraannya telah meramaikan sepanjang Jalan Jendral Sudirman, area kantor Walikota Balikpapan.
Pengamatan Tribunkaltim.co beberapa mobil angkot termasuk taksi plat kuning memarkirkan pinggir jalan.
Kontan arus lalu lintas di area ini pun menjadi sedikit terhambat.
Kepolisian ikut membantu untuk menata mobil pngunjuk rasa, mengatur arus lalu-lintas.
Baca: BREAKING NEWS - Tuntut Penutupan Angkutan Online, Sopir Taksi dan Angkot Mogok Massal
Baca: Cuma Menang 2-3 Atas Swedia, Belanda Gagal Lolos ke Rusia 2018
Baca: Diperiksa 7 Jam, Rita Widyasari Ungkap Kondisi Penjara KPK
Mereka mengatasnamakan aksi unjuk rasa Gabungan Seluruh Angkutan Umum Kota Balikpapan yang rencananya mengaspirasikan penolakan sistem transportasi secara daring (online).
Berdasarkan Surat Tanda Terima Pemberitahuan dari Polres Balikpapan terungkap massa aksi yang akan ikut aksi demonstrasi berjumlah sekitar 1000 orang.
Saat ditemui, Sugianto, Koordinator Lapangan Sektor Barat Unjuk Rasa Angkutan Umum Kota Balikpapan menegaskan, para sopir berjuang menyampaikan aspirasi.
Tuntutannya jelas, mendesak pemerintah kota untuk melakukan penutupan transportasi daring di Kota Balikpapan seperti di antaranya Go Car, Grab, dan Uber.
"Kami butuh ketegasan sama pemerintah. Harus hari ini pemerintah berani mengambil sikap, tindakan untuk menutup," ungkap Sugianto.

Menurutnya, berdasarkan rencananya, semua sopir angkot dan taksi plat kuning akan melakukan menduduki kantor walikota selama beberapa hari apabila tuntutan tidak diputuskan.
"Kami akan memarkirkan mobil kami di kantor walikota," kata Sugianto.
Di tempat yang sama, Richard Pono, sopir angkot nomor 8, ikut terlibat dalam aksi unjuk rasa sebagai bentuk solidaritas ikut memperjuangkan aspirasi kepentingannya sebagai sopir angkot.
"Sejak kehadiran online penghasilan kami sedikit. Sekarang sudah tidak bisa lagi mengajak anak dan istri ke mal. Dulu masih bisa," kata pria yang biasa disapa Anton ini yang kini telah berusia 48 tahun.
Dia menggambarkan, sebelum kedatangan transportasi online di Kota Balikpapan, penghasilan yang bisa diraupnya sehari bisa mencapai Rp 80 ribu.
Namun kala ada persaingan kendaraan online, penghasilannya semakin anjlok.
Rata-rata per hari, penghasilannya hanya kurang dari Rp 50 ribu.
Kondisi seperti ini membuat dirinya merasa kekurangan, untuk melakukan setoran ke perusahaan selalu kurang, nombok.
"Kami plat kuning bayar pajak kenapa tidak diperhatikan," kata Anton yang sudah 15 tahun menjadi sopir angkot.
Saat ditanya untuk beralih ke online, Anton enggan mengalihkan profesinya ke sopir online sebab secara pribadi dirinya tidak memiliki kendaraan.
"Mau cari kerja ke tempat lain juga sudah susah. Umur saya sudah tua. Kalau melamar kerja tidak ada yang mau terima," tutur ayah beranak dua ini. (*)