Polemik Transportasi Online
Pengemudi Taksi Online Ini Hanya Bisa Sabar Lihat Kelakukan Penumpang di Mobilnya
Pasang surut order penumpang tiap harinya, belum lagi kesabaran menghadapi penumpang dengan segala macam karakter.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Januar Alamijaya
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Ternyata tak semudah anggapan kebanyakan orang para driver angkutan online berbasis aplikasi meraup pundi-pundi rupiah.
Pasang surut order penumpang tiap harinya, belum lagi kesabaran menghadapi penumpang dengan segala macam karakter.
Baca: Polisi Bakal Sweeping Angkutan Online, Leo Tetap Nekat Beroperasi
Epin (32) seorang driver angkutan berbasis aplikasi online membeberkan kisahnya kepada Tribunkaltim.co, Kamis (12/10/2017). Menurutnya setiap pekerjaan memiliki kesukaran dan kemudahannya masing-masing.
Hampir 8 bulan menjadi driver, berbagai pengalaman ia rasakan, mulai dari manis hingga pahit. Hal yang paling menjengkelkan bagi Epin salah satunya bila menemui order fiktif.
"Kebanyakan orderan di Bandara. Kita itu seperti di PHP. Sudah datang ke lokasi, tapi customernya tak ada. Terus dia tak cancel orderan. Terpaksa kami yang harus cancel," keluhnya.
Baca: Bisnis Koran Suram, SPH Raksasa Media Singapura PHK Ratusan Karyawan
"Kerugiannya kami gak bisa ngejar poin. Setelah 3 jam baru bisa order penumpang. Bahkan bisa kena suspen bila dilakukan lebih dari 3 kali dalam sehari, paling seram bisa kena pecat. Teman saya sudah ada yang seperti itu," sambungnya.
Selain itu, driver angkutan online harus siaga setiap waktu. Lantaran orderan penumpang tak mengenal jam.
Kapan saja bisa masuk, apalagi sistem tak mengenal jauh atau dekat jarak penumpang.
"Tengah malam sampai subuh pernah narik. Biasanya memang urgent, seperti di kawasan bandara atau pelabuhan," tuturnya.
Baca: Lionel Messi Jadi Pahlawan, Pemain Liverpool Ini Malah Jadi Bulan-bulanan Netizen Indonesia
Proses mencari customer yang mengorder juga jadi kisah pahit bagi kebanyakan driver. Banyak dari mereka harus rela keliling menyusuri kota mencari lokasi pemesan.
Nahasnya, bila mereka menemukan penumpang yang kesulitan berkomunikasi menjelaskan posisi jemputnya dimana.
"Harus sabar, mas. Namanya mobil jalan pakai bensin. Sudah nyisir lama-lama gak dapat-dapat, terus dibatalkan lagi. 1 balok bensin pernah cuma buat nyari orang gak ketemu-ketemu," tuturnya.
Baca: Nggak Kalah dengan Jokowi, Marcella Zalianty Cuek Jalan Kaki 2 Km, Pakai Kebaya dan High Heels Pula!
Setiap 3 hari sekali Epin harus mengisi bahan bakar mobilnya. Merogoh uang Rp 200 ribu dari kantong saku bukan modal kecil.
Dalam sehari paling banyak ia bisa narik penumpang hingga 6 kali.
"Paling parah yang 1 kali, mas. Itu kalau lagi sepi-sepinya," bebernya.
Baca: Tak ada Lagi Deretan Abang Ojek Online Berjaket Hijau di Depan Sekolah
Belum lagi kelakuan customer yang aneh hingga tak sopan.
"Ada yang muntah di mobil. Buang sampah sembarang. Makan belepotan, ngelap di sana-sini. Kita mau marah dia customer. Makanya harus sabar," ucapnya.
Dengan adanya kebijakan pemerintah menutup operasional angkutan online seperti GO-JEK, GRAB, dan UBER. Epin warga Kampung Baru yang penghasilannya hanya bergantung pada usaha tersebut, jelas menolak dan keberatan.
"Zaman ini sudah maju. Seharusnya pemerintah bisa membacanya. Harusnya tak sampai menutup seperti itu. Apalagi Balikpapan smart City masa nolak kemajuan teknologi. Semoga pemerintah bisa memberi solusi," harapnya. (*)