Heboh Sengkarut Paradise Papers, Dapatkah Suaka Pajak Dijinakkan?
Keliru juga berpandangan bahwa jika tiada OFC maka pemerintahan setempat tidak akan mencabut hambatan dalam tarif pajak.
Coba ingat April 2016 tatkala Panama Papers dirilis. Perdana Menteri Islandia, Sigmundur Gunnlaugsson, lengser setelah diketahui melalui bocoran data bahwa dia dan istrinya punya perusahaan cangkang.
Ribuan orang kemudian berdemonstrasi di Reykjavik demi melampiaskan amarah mereka kepada para politisi. Diperkirakan jumlah demonstran mencapai 6% dari populasi Islandia. Jika disetarakan dengan jumlah penduduk AS, artinya bakal ada 19 juta orang berdemonstrasi di AS.
Namun, kenyataannya berbeda di Elektrostal, dua jam berkendara di sebelah timur Moskow, Rusia. Di sana, seorang penduduk bernama Nadezhda justru mengecam wartawan BBC, Steve Rosenberg, yang bertanya soal Panama Papers.
"Semua 'investigasi' ini hanya buang waktu dan tenaga. Kami tahu apa yang Anda lakukan. Anda ingin mencoreng wajah Putih dengan tanah," ujarnya.
Pernyataan itu menandakan tanggapan publik berbeda-beda terhadap bocoran data mengenai suaka pajak. Tergantung tempatnya.
Di Barat, setidaknya, masyarakat mempertanyakan mengapa orang-orang kaya dan perusahaan multinasional bisa bebas dari pajak? Apakah bisa dibenarkan mereka menggunakan celah agar bisa menyimpan lebih banyak uang?
Sejatinya sejumlah pemerintah telah melacak dana yang disembunyikan sejak krisis global pada 2008, tidak menggantungkan pada bocoran data keuangan—walau bicara mereka lebih lantang dari aksinya.

Kerahasiaan kini lebih sulit dicapai di tengah upaya transparansi. Seruan agar ada laporan antarnegara dan keharusan perusahaan multinasional merinci operasional mereka di setiap negara telah meluas dan jumlah perusahaan yang terdaftar secara publik telah meningkat
Bahkan Rusia telah meloloskan undang-undang yang mewajibkan transpransi aset di luar negeri. Hasilnya? Sejak undang-undang itu berlaku tiga tahun lalu, puluhan orang superkaya memilih melepaskan kewarganegaraan Rusia agar terhindar dari sanksi.
Ada pula OFC yang masuk daftar hitam selama beberapa tahun terakhir. Namun, sebagaimana dikatakan Nicholas Shaxson, para pemain besar akan berupaya memastikan bisnis mereka tidak masuk daftar itu sehingga hanya pemain kecil yang terdampak.
Perusahaan keuangan lepas pantai, menurutnya, akan mengatur langkah.
"Ketika undang-undang berubah, ada jenis ekosistem yang berubah dan uangnya akan berpindah ke tempat lain."
Dan pemilik kekayaan pun tidak tinggal diam, apakah itu menanamkan uang mereka dalam wujud intan permata atau membeli benda seni. Pilihan lainnya pergi ke suatu tempat yang memberlakukan tarif pajak rendah.

Yang membuat industri keuangan lepas pantai seperti lingkaran setan adalah, pada satu sisi sejumlah pemerintah siap menjatuhkan sanksi pada kawasan suaka pajak, pada sisi lainnya banyak orang di dalam tubuh pemerintah justru menggunakan jasa kawasan itu—sebagaimana ditunjukkan dalam bocoran data Paradise Papers.
Dan satu hal yang kita ketahui, bahwa jika kaum superkaya tidak membayar pajak, masyarakat awam harus menalanginya.
Hal itu kedengarannya gila, tapi seperti yang dikatakan kucing Cheshire, "Kita semua di sini gila." (BBC Indonesia)