Sudah 2 Bulan Warga Tak Lagi Beli Gas Melon, Ternyata Ini Penyebabnya

Warga tidak lagi harus bersusah payah berburu hingga mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas tabung gas elpiji.

KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto
Warga Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah memasak dengan kompor gas yang teraliri gas rawa, Selasa (14/11/2017). 

Warga ketakutan dengan dampak buruk yang akan terjadi jika nekat membuat sumur. 

Kini, mereka mengandalkan sumur bor yang diwujudkan melalui program pemerintah yakni Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

"Sejak zaman leluhur, berkali-kali saat ingin buat sumur pasti keluar semburan air yang deras. Kami khawatir dan tak lagi-lagi membuat sumur. Hingga akhirnya ada Program Pamsimas yang membantu kami," kata Ketua Kelompok Masyarakat Desa Rajek, Moh Sukur, Selasa (14/11/2017).

Separator yang memisahkan air dan gas terpasang di Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (14/11/2017).
Separator yang memisahkan air dan gas terpasang di Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (14/11/2017). (Kompas.com/Puthut Dwi PN )

 Gas rawa

Isyarat alam di Desa Rajek membuat gatal telinga pemerintah sehingga ditindaklanjuti.

Pada 2013, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menerjunkan Tim Ahli Geologi untuk menggelar riset di Desa Rajek.

Di luar perkiraan, hasil penelitian mencatat bahwa ternyata kandungan gas alam melimpah ruah terpendam di tanah Desa Rajek.

Secara ilmiah, ahli geologi yang diterjunkan menyebutkan bahwa gas alam di Desa Rajek itu sebagai gas rawa, yaitu gas alam yang bersemayam di kedalaman yang dangkal. 

Di Desa Rajek, gas yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan itu ditemukan di kedalaman sekitar 30 hingga 40 meter.

"Luar biasa kandungan gas rawa di Desa Rajek. Gas rawa di Desa Rajek berada di kedalaman 30 meter hingga 40 meter. Lokasinya di spot-spot tertentu. Jenisnya biogenik gas dan di kedalaman dangkal. Usia lebih muda dan bersih dibanding gas alam yang terpendam di kedalaman ratusan hingga ribuan meter. Kandungan Metana (CH4) lebih banyak. Secara geologi, kami yakin jika dibor di kedalaman yang lebih dalam lagi, akan lebih banyak lagi kandungan gas alam yang tersimpan di Desa Rajek," ungkap Ketua Ahli Geologi yang meneliti di Desa Rajek, Handoko Teguh Wibowo.

Lulusan S2, Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, USA itu menyampaikan, pada tahun 2017, melalui bantuan anggaran dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pihaknya diminta fokus memanfaatkan gas alam tersebut untuk memberdayakan masyarakat.

Sampai akhirnya, Handoko yang merupakan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jatim ini mencetuskan ide untuk mengalirkan gas rawa itu ke setiap rumah warga sebagai pengganti tabung gas melon.

Lalu diciptakanlah teknologi tepat guna untuk pemanfaatan gas alam. 

Dari tiga titik lokasi pengeboran, air yang mengandung gas rawa itu dialirkan melalui pipa atau pipanisasi menuju separator.

Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang berfungsi untuk memisahkan air dan gas.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved