Mahasiswa ITK Berhasil Ciptakan Mobil Listrik, Ini Biaya yang Dihabiskan

Mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang tergabung dalam Student Automotive Association berhasil menciptakan mobil listrik

Editor: Sumarsono
tribunkaltim.co/nalendro priambodo
Mobil listrik Enggang Evo 1 karya mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK). 

TRIBUNKALTIM.CO - Sukses menciptakan mobil 'Enggang' yang ditampilkan pada pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) di Balikpapan Sport and Convention Centre Balikpapan, Juli lalu, Jordan Ananda Purnomo bersama rekannya mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang tergabung dalam Student Automotive Association berhasil menciptakan mobil listrik 'Enggang Evo 1'.

BERBEKAL pengalaman dan pengembangan dari seri Enggang sebelumnya, Jordan Ananda Purnomo, pencetus ide mobil listrik, merombak total berbagai sektor vital di mobil Enggang. Misalnya, untuk dapur pacu, Enggang Evo 1 yang juga berarti electrical vehicle atau kendaraan listrik ini dibangkitkan oleh empat buah aki mobil dengan total kapasitas 48 V 45 AH.

Cara kerja mobil ini hampir serupa kendaraan lain yang dilengkapi sensor elektronik untuk mengatur kinerja mesin. Bedanya, strum dari aki Enggang Evo 1 disalurkan pada otak pengoperasian bernama controller, yang fungsinya serupa dengan Electronic Control Unit (ECU) pada kendaraan bermotor masa kini.

Baca: Skuat Borneo FC Resmi Diliburkan, Pesan Manajer Pemain Jangan Ikut Main Tarkam

Olahan sinyal dari controller yang masuk ketika pedal gas diinjak pengemudi inilah yang nantinya menggerakan sebuah motor mesin yang terhubung dengan rantai dan gerigi yang langsung ditransfer ke roda belakang sebagai penggerak roda.

Beranjak ke sektor rangka dan sasis.

Mobil yang mulai resmi dibangun delapan bulan silam itu, menggunakan pipa besi ukuran 3/4 inci yang dirancang dan dilas manual oleh tim SAA sendiri.

Sedangkan untuk bodi, lagi-lagi dibuat manual dari bahan serat kaca yang relatif murah dan mudah dibentuk.

Tiap lekuk dibuat sedemikian rupa guna menghasilkan keunggulan aerodinamika terbaik untuk membelah angin, dan tentunya disesuaikan dengan rangka yang disiapkan untuk satu orang penumpang dengan bobot maksimal 55 kg.

Hasilnya, menyerupai bentuk jet darat formula 1 sekitar tahun 1950an.

Dari beberapa pengujian, Jordan Ananda yang dalam peluncuran Enggan Evo 1, Kamis (16/10) kemarin ditunjuk sebagai pengemudi mengatakan, mobil ini dapat dipacu hingga kecepatan 60km/jam selama 1 jam pemakaian.

Baca: Terjerat Kasus Korupsi, Sebenarnya Segini Gaji yang Diterima Setya Novanto, Masih Kurang?

Disaksikan langsung Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan Sayid Muhdar, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITK Purwanto, dan puluhan siswa lainnya, mobil roda empat buatan mahasiswa ITK berjalan cukup mulus.

Mobil listrik karya mahasiswa ITK ini akan ditarungkan dengan puluhan tim lain dari berbagai kampus di Indonesia pada Kompetisi Motor Listrik Indonesia 2017 di Politeknik Negeri Bandung, 22-26 November.

Meski dalam ujicoba, mobil berjalan mulus, namun ada sedikit gangguan saat hendak balik di atas tikungan.

Mobil mengalami gangguan dan tak sanggup naik, sehingga terpaksa didorong dan melaju lagi ke garis awal.

Seluruh anggota tim langsung menunjuk kekurangan pada aki mobil untuk kendaraan minibus berlabel 'bebas perawatan' sebagai pembangkit daya yang kurang cocok untuk spesifikasi mobil listrik.

Apalagi malam sebelumnya, daya aki telah habis di pakai dan kurang di setrum ulang. Idealnya, kata Jordan, mobil listrik menggunakan baterai penympan daya khusus berbahan dasar lithium.

"Menggunakan aki atau baterai (mobil biasa), sebenanya menggunakan (baterai berjenis) lithium, tapi kapasitas yang kami butuhkan sekitar 27 juta, jadi pakai aki jenis VRAL. jadi realnya kami kekurangan dana,"ungkap Jordan.

Namun demikian, ia bersama tim merasa tak gentar bersaing dengan puluhan mobil listrik buatan kampus lain, utamanya di Jawa yang sudah kesohor di level nasional maupun internasional.

Baca: Operasi Zebra, Tiga Pengendara Tewas di Jalan

Asalkan, sebelum ajang KMLI berlangsung, ada donatur yang mau menyumbang pembelian baterai lithium, guna mengarungi 10 lap sejauh 10 km yang menguji efisiensi listrik, daya tanjak, pengereman, slalom, keamanan termasuk pengereman itu.

"Sebetulnya ngga (takut) sih mas. Kami juga yakin bisa bersaing, harapan kami pergantian batarai karena itu memperngaruhi kecepatan,"katanya.

Mobil itu sendiri, telah menghabiskan dana pembuatan Rp 30 juaan. Biaya terbesar disedot dari pembangkit daya serta pembuatan material lainnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved