Watimah Kreatif Ulah Ikan Lele Jadi Abon dan Nugget, Sebulan Bisa Untung Bersih Rp 2 Juta

Sosok Watimah (39), warga Dusun Batu Hitam, Kelurahan Loa Duri Ulu, Kecamatan Loa Janan, Kukar dikenal sebagai perempuan kreatif

Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim/Rahmad Taufik
Watimah menunjukkan produks olahan dari bahan baku ikan lele. 

TRIBUNKALTIM.CO - Sosok Watimah (39), warga Dusun Batu Hitam, Kelurahan Loa Duri Ulu, Kecamatan Loa Janan, Kukar dikenal sebagai perempuan kreatif, inovatif dan tak gampang menyerah.

Sejak 2010 lalu, dia mengembangkan produk olahan berbahan baku ikan lele, seperti abon, keripik, stik, sanga cabe (sambal) dan getas (nugget) lele.

KINI semua produk olahan berbahan lele ini sudah menembus pasar Samarinda, Berau dan Balikpapan. Watimah menggeluti usaha rumahan produk olahan lele bukan tanpa alasan. Saat itu dia prihatin melihat tiga anaknya tidak doyan mengonsumsi ikan. Padahal ia tahu ikan mengandung protein, vitamin dan omega 3 yang dapat meningkatkan kemampuan otak.

Baca: Kejari Bontang Sudah Keluarkan Surat Panggilan Dody Ketiga

Sejak itu, Watimah mulai berkreasi membuat produk olahan ikan lele. Mula-mula ia membuat abon lele dengan bahan 10 kg ikan basah. Bahan ini menyusut menjadi 2 kg ketika menjadi abon. Ia menjual produk abon ini seharga Rp 20 ribu dengan kemasan isi 100 gram.

"Saya jual ke Dinas Pertanian di Samarinda, Kecamatan (Loa Janan) dan orang-orang dinas," kata Watimah.

Ia juga memasarkan produknya secara online. Posisi dusun yang terpencil tanpa didukung akses infrastruktur jalan yang memadai membuatnya lebih gencar berpromosi lewat online. Untuk ke Tenggarong, ia harus menyeberangi Sungai Mahakam naik perahu ces dengan ongkos Rp 15 ribu sekali jalan.

Setelah sukses melempar produk abon, ia kembali mengenalkan produk keripik lelenya yang unik. Keripik lele bikinannya ini digoreng dua kali untuk menghasilkan tekstur yang renyah dan gurih. "Untuk keripik, ikan lelenya utuh, kecuali tulang kepala dan kotorannya yang dibuang," ujarnya.

Lele digoreng setengah matang lalu dilumuri bumbu dan tepung, kemudian digoreng lagi hingga kering. Keripik lele dikemas dalam plastik isi 50 gr, 100 gr, 250 gr, 500 gr hingga 1 kg. Harga jualnya mulai Rp 10 ribu untuk kemasan isi 50 gr. Keripik lele ini dipasarkan ke Samarinda dan Balikpapan.

Baca: Gokil! Seorang Pria Berangkat Kerja dengan Menunggangi Kuda, Alasannya Patut Diacungi Jempol

"Biasanya, pemasarannya lewat ibu-ibu majelis taklim," tuturnya. Watimah terus berinovasi. Ia mengembangkan produk olehan lele lainnya, seperti stik tulang lele, getas lele dan sanga cabe lele. Ia mendapatkan bahan baku ikan lele dari warga sekitar yang berprofesi sebagai petani lele.

Stik lele ditawarkan Rp 5 ribu-Rp 50 ribu, getas lele yang mempunyai kekenyalan mirip pempek namun bentuk mirip nugget dijual Rp 10 ribu dengan kemasan 200 gr, dan sanga cabe lele hanya Rp 5.000.

"Sanga cabe atau sambal lele ini dipasarkan di lingkungan mahasiswa, terutama mereka yang ngekos. Anak saya yang memasarkan ke teman-temannya di kampus," kata Watimah.

Sanga cabe ini dikemas dalam plastik mika kecil. Lewat usaha rumahannya ini, Watimah meraup keuntungan bersih Rp 2 juta/bulan. Sedangkan modal yang dikeluarkannya mencapai Rp 500 ribu-Rp 1 juta. Watimah kerap diundang ke Loa Kulu untuk kegiatan pemberdayaan perempuan.

Selain produk olahan lele, belakangan Watimah mengembangkan produk jamu dari campuran bawang tiwai, cabe jawa, jahe, gula merah, serai, kunyit dan daun murbei.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved