Diet

Siapakah yang Lebih Bahagia, Orang Bertubuh Gemuk atau Langsing?

Acara berkumpul, biasanya selalu dipenuhi dengan hidangan lezat yang pasti akan membuat kamu lupa soal diet.

thinkstockphotos
Ilustrasi 

TRIBUNKALTIM.CO -- Musim liburan ini memang saat yang tepat berkumpul dengan keluarga.

Acara berkumpul, biasanya selalu dipenuhi dengan hidangan lezat yang pasti akan membuat kamu lupa soal diet.

Namun, tidak perlu sampai depresi jika berat badanmu bertambah usai liburan ini.

Sebuah riset telah membuktikan bahwa mereka yang kelebihan berat badan cenderung lebih bahagia.

Lemak berlebihan di tubuh memang selalu dikaitkan dengan sejumlah risiko kesehatan, termasuk kondisi jantung, diabetes, dan risiko stroke.

Namun, riset terbaru ini menemukan bukti bahwa orang-orang dengan berat badan lebih ternyata dapat menjalani kehidupan yang lebih bahagia.

Baca: Nggak Makan Nasi karena Takut Gemuk, Benarkah Lebih Sehat?

Baca: Ups. . . Tepat di Hari Natal, Seekor BuayaTerlihat Lagi Jalan-jalan Santai di Trotoar Kota

Baca: Golkar Dukung Dedi Mulyadi, Ini yang Diinstruksikan Jusuf Kalla

Penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Epidemiology ini dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari University of Bristol di bawah pimpinan Louise Millard dan George Davey Smith.

Kelompok tersebut bermaksud untuk menganalisis bagaimana mereka dapat menggunakan PHESANT (PHEnome Scan ANalysis Tool) untuk melakukan pemindaian fenom otomatis di Biobank Inggris.

UK Biobank adalah database yang berisi data genetik dari 500.000 pria dan wanita di Inggris dari usia 37 sampai 73 tahun.

Selama penelitian, para peneliti menemukan hubungan antara indeks massa tubuh seseorang dan kesehatan.

Riset menemukan fakta bahwa orang dengan indeks massa tubuh (body mass index atau BMI) yang tinggi memang berisiko untuk terserang tekanan darah tinggi, diabetes, dan mengalami masa puber di usia yang lebih muda.

Namun, hal yang mengejutkan para peneliti, mereka juga menemukan bahwa orang dengan indeks massa tubuh tinggi atau kelebihan berat badan umumnya memiliki pikiran yang lebih tenang.

"Kami juga mendeteksi asosiasi penyebab yang belum diketahui," ucap para peneliti.

Menurut para peneliti dalam riset tersebut, peserta riset dengan kecenderungan genetik indeks massa tubuh yang lebih tinggi cenderung menganggap diri mereka sebagai orang yang santai dan tidak mudah gugup.

Selain itu, mereka juga jarang merasa tegang atau 'sangat terikat'.

Dasha Nicholls, pakar nutrisi dari Royal College of Psychiatrists, menjelaskan bagaimana pola makan seseorang dapat berpengaruh pada keadaan mental mereka.

Baca: Malu Ketahuan Orangtua, Mahasiswi Samarinda Buang Janinnya di Kloset Kost Jalan Pramuka

Baca: Kemendagri Evaluasi TGUPP, Era Anies-Sandi Tetap 73 Orang dengan Anggaran Rp 28 M, Tapi. . .

Baca: Aduh. . . Mobil Wakapolres Tabrak Bentor, 2 Korban Tewas!

"Kami tahu bahwa jika seseorang mengalami gangguan gizi yang memengaruhi kemampuan mereka untuk mengatur emosi mereka," ucapnya.

Dasha Nicholls juga mengatakan hasil riset tersebut bukanlah sebuah hal yang mengejutkan.

Dengan kata lain, memang terdapat hubungan langsung antara pola makan dan kebahagiaan seseorang.

Berdasarkan survei NHS (National Health Service) 2014, 58 persen wanita dan 65 persen pria di Inggris masuk dalam kategori obesitas. Hasil survei tersebut mengalami peningkatan dari 15 persen saat tahun 1993 menjadi 26 persen pada tahun 2014. (Kompas.com/Ariska Puspita Anggraini)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved