Jika Prabowo Maksa Nyapres Lagi, Sama Saja Izinkan Jokowi Menjabat 2 Periode

Pilkada 2018 memang akan membuat konstelasi politik berubah tapi saya yakin tidak cukup kuat untuk menggoyang Jokowi.

Presiden Jokowi bersama Wapres Jusuf Kalla dalam rapat kabinet 

TRIBUNKALTIM.CO - Hingga saat ini, Joko Widodo (Jokowi) masih nomor satu pada Pemilihan Presiden RI tahun 2019. 

Hasil survei beberapa lembaga survei termasuk KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) masih menempatkan Jokowi teratas dan mampu dua periode.

Menurut hasil survei KedaiKOPI yang bisa dilihat di www.kedaikopi.co Jokowi hanya kalah bila melawan kotak kosong atau pilihan jawaban selain Jokowi.

"Tapi ya itu tadi, dalam pilihan Selain Jokowi tidak hanya berisi nama tunggal melainkan banyak nama," ujar Pengamat Komunikasi Universitas Paramadina Hendri Satrio kepada Tribunnews.com.

Baca: Jelang Akhir Tahun 2017, Telkomsel Luncurkan Loop Corner Di Pasar Segar Balikpapan

Menurut Hendri Satrio, sebelum bicara penantang mestinya kita bicara peluang dan pintu masuk calon penantang ini. Kriteria sebelum nama.

Secara teori menurut Jack Snyder, sebuah negara akan mulus melaksanakan demokrasi bila terpenuhi 3 hal utama, yaitu negara tersebut memiliki ekonomi merata, memiliki kedewasan politik dan pelaksanaan hukum yang adil.

Nah, menurut hasil survei, tiga hal ini Jokowi masih lemah.

Baca: Belanja Jutaan Rupiah, Ayu Ting-Ting tak Bisa Bayar

Tahun 2016 lalu, pekerjaan rumah terbesar Jokowi masih dari sisi ekonomi.

Tapi 2017 ini pekerjaan rumahnya bertambah tentang toleransi, ini poin kedua dari teori tersebut.

Untuk persoalan hukum, terus membayangi nilai Jokowi di mata pemilik suara.

Secara kasat mata atau di atas kertas, Jokowi unggulan, sulit mencari lawan tandingnya tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan.

Pilkada Jakarta adalah contoh konkritnya.

Lantas Siapa Mampu Mengalahkan Jokowi?

Jangankan bicara siapa yang mampu mengalahkan Jokowi, mencari siapa yang mampu mengimbangi Jokowi saat ini saja sulit.

Nama-nama yang beredar saat ini belum cukup mampu menandingi Jokowi bila pemilihan Presiden dilakukan saat tulisan ini dibuat.

Baca: Wahai Cewek, Ini 5 Gaya Fashionable yang Cocok untuk Celana Jogger

Nama Prabowo memang mentereng teratas sebagai penantang Jokowi.

Tapi bila Prabowo memaksakan diri untuk maju ke kancah Pilpres 2019, ini sama saja dengan mengizinkan Jokowi langsung lanjut 2 periode.

Bila berkaca dari hasil survei kriteria capres yang mampu menandingi Jokowi harus memiliki program ekonomi yang mampu mengangkat daya beli masyarakat, mampu mengangkat nilai toleransi masyarakat dan mampu membuat semua warga negara sama posisi di mata hukum.

Nah, apakah ada tokoh yang diunggulkan maju menghadapi Jokowi memiliki kriteria tersebut? Jawabannya belum diketahui.

Baca: Kampus Cheng Ho Diresmikan, Ini kata Kapolda Kaltim

Bagaimana bila tidak ada yang memiliki kriteria tersebut? Artinya kelompok lawan politik Jokowi harus menemukan sosok baru untuk didorong ke panggung politik.

Pengaruh Pilkada 2018

Pilkada 2018 menjadi sangat menarik karena akan diikuti oleh banyak provinsi yang memiliki suara besar untuk pilpres 2019.

Pilkada 2018 memang akan membuat konstelasi politik berubah tapi saya yakin tidak cukup kuat untuk menggoyang Jokowi.

Ada dua alasannya, pertama hingga saat ini Jokowi masih mendapatkan dukungan dari parpol besar sekelas PDIP, Golkar dan Demokrat.

Alasan kedua, tokoh yang tampil pada pilkada 2018 belum ada yang setenar Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, padahal elektabilitas Anies masih berada di bawah Jokowi.

Lantas apakah Jokowi sudah pasti akan mampu dua periode? Hampir pasti iya.

Tapi Jokowi dan pendukungnya tidak boleh lengah.

Bila tiga hal tadi tidak segera dibenahi pasti rakyat, sang pemilik suara akan mencari alternatif.

Dalam sepakbola lengah saat injury time bisa menyakitkan hasilnya.(*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved