Kebakaran
Hendra, Korban Kebakaran yang Tewas Ternyata Masih dalam Masa Pengobatan
Kala lepas total dari obat-obatan, emosi Hendra terkadang tidak terkontrol dan kerap meledak-ledak.
Penulis: Doan E Pardede |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Hendra, pria berusia 35 tahun yang menjadi korban tewas dalam peristiwa kebakaran di di Jalan Merdeka Barat, RT 88, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Rabu (3/1/2018) dini hari, ternyata sedang masa pengobatan.
Hal ini diungkapkan Novianty, sepupu kandung Hendra, yang juga menjadi korban dalam peristiwa naas tersebut.
Novianty menuturkan, Hendra yang berperawakan tinggi besar ini dulunya sempat menjadi pecandu obat-obatan, dan belakangan ingin bertobat.
Namun ternyata, niat untuk berubah ini tidak gampang.
Kala lepas total dari obat-obatan, emosi Hendra terkadang tidak terkontrol dan kerap meledak-ledak.
"Suka teriak-teriak," ujarnya.
Baca: Tragis, Korban Kebakaran yang Tewas di Samarinda Ternyata Idap Penyakit Ini
Baca: Potongan Tubuh Kembali Ditemukan di Lokasi Kebakaran, Warga Ragu Korban Tewas Hanya 1 Orang
Baca: Kebakaran di Samarinda, Begini Kondisi Tubuh Warga yang Tewas Terpanggang
Baca: Kebakaran Hebat Rabu Dini Hari, Ngeri. . . Satu Warga Tewas Terpanggang!
Tak ingin semakin parah, pihak keluarga akhirnya membawa Hendra berobat dan sempat dirawat di rumah sakit jiwa.
Setelah kondisinya membaik, dokter mempersilahkannya pulang, dan memberikan sejumlah resep obat penenang untuk diminum secara rutin. Oleh dokter, keluarga juga diminta sesekali memeriksakan kondisi Hendra ke rumah sakit jiwa.
Dan sehari-hari hingga sesaat sebelum ajal menjemput, Hendra juga masih rutin meminum obat penenang yang diberikan oleh dokter yang merawatnya.
"Baru sekitar 3 bulan lalu keluar dari rumah sakit," tuturnya.
Pulang dari rumah sakit, keluarga sempat kebingungan mencarikan tempat tinggal. Ditambah lagi, ayah Hendra juga baru saja meninggal, sehingga tidak ada keluarga yang bisa menampung.
Dengan kondisi emosi yang masih labil, keluarga juga resah jika membiarkannya tinggal bebas berbaur dengan masyarakat.
Sebagai solusi, satu kamar yang berada persis di samping tempat tinggalnya dikontrak untuk tempatnya tinggal. Solusi ini juga diambil untuk mempermudah keluarga memantau kondisi kesehatannya.
Novianty mengatakan, setelah meminum obat dari dokter, kondisi Hendra memang lebih baik. Hanya saja, usai minum obat, Hendra biasanya langsung tertidur pulas. Saking pulasnya, sampai tak bisa dibangunkan.
Dia menduga, hal ini jugalah yang membuat Hendra sulit bangun dan akhirnya menjadi salah satu korban tewas dalam peristiwan kebakaran tersebut.
"Kalau sudah minum obat, tidur. Nggak bisa diganggu lagi," ujarnya.
Kamis (2/1/2018) lalu, menjadi hari terakhir bagi Novianty melihat Hendra. Kala itu, tutur Novianty, tak ada yang aneh dengan berusia 35 tahun yang masih lajang tersebut.
Dengan mengenakan celana pendek dan kaos berwarna biru, Hendra masih sempat menyapanya sesaat sebelum meninggalkan bangsalan.
Sehari-hari, kata Novianty, Hendra memang berada di Pasar Merdeka, yang berada tak jauh bangsalan tempatnya tinggal.
Di pasar ini, Hendra sering membantu mengangkat barang-barang dagangan milik kakaknya, salah seorang pedagang di pasar tersebut.
Dalam peristiwa kebakaran ini, Novianty juga menjadi salah satu korban.
Dua buah rumah sewa berbahan kayu miliknya, yang berada persis di samping belakang rumah tinggalnya ludes terbakar.
Bagian belakang rumah yang saat ini ditinggalinya ini juga ikut disambar api. Beruntung, dinding rumah tempatnya tinggal terbuat dari beton sehingga api tidak mudah menyebar.
Saat kebakaran, tutur Novianty, dia dan anaknya sedang tertidur pulas. Mendengar suara ribut-ribut, dia pun langsung bergegas ke luar rumah dan mendapati bahwa api sudah membesar dari arah bangsalan di belakang rumahnya.
Hendra sendiri tinggal salah satu kamar yang berada di dalam bangsalan tersebut.
Kala itu, bangsalan belum ambruk. Tersadar bahwa ada kerabat di dalam, dia pun mencoba mencari tahu kabar ke warga sekitar.
Namun sayangnya, selama api masih berkobar, tak satu pun warga yang bisa memberikan keterangan.
Barulah ketika api selesai dipadamkan, petugas memastikan bahwa ada korban tewas dan diduga kuat adalah Hendra.
Dirinya akhirnya diminta untuk membantu proses identifikasi. Setelah mencermati kondisi jenazah, dia pun memastikan bahwa jenazah tersebut adalah sepupunya, Hendra, salah satu penghuni bangsalan.
"Saya kenal dari giginya yang tinggal sedikit. Mungkin karena sering minum obat, giginya itu jadi keropos," ujarnya. (*)