Kebakaran Klandasan Ulu
Kebakaran di Klandasan Ulu, Pengamat Tata Kota Sarankan Penataan dengan Cara Ini
Masyarakat dan pemerintah bisa lebih memikirkan pembangunan hunian vertikal/ke atas, sebagai salah satu alternatif penataan hunian.
Baca: Hasil Uji Kultur Belum Kunjung Keluar, Status KLB Difteri Menggantung
Baik pemkot maupun Kodam, kata dia, bisa saja mulai merencanakan pembangunan rumah susun dengan asumsi panjang 20 meter dan lebar 80 meter.
Dengan ukuran ruangan 24 meter persegi/rumah, diperkirakan tiap lantai mampu menampung 50 kamar.
Bisa saja, di tempat itu, imbuh dia, dibangun rusun dengan ketinggian 4 lantai yang mampu menampung 200 KK, dan bisa ditambah jumlah lantai sesuai kebutuhan dan kesanggupan.
"Bayangkan kalau bisa dibangun 3 tower rusun, sesuai dengan lahan yang tersedia, bisa jadi menampung 600 KK,"ujar Wahyulloh dihubungi kemarin.
Tentu saja, untuk membangun kawasan yang ia klaim sebagai hunian yang humanis, juga harus disediakan ruang terbuka hijau, parkir, taman bermaian termasuk Hydrant air untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran.
Kekhawatiran soal pendanaan pembanguan di tengah kondisi defisit pun, jelas Wahyullah bisa disiasati dengan memanfaatkan program rumah susun Presiden Jokowi yang bisa saja menggandeng swasta sebagai kontraktor.
Asalkan harga yang ditawarkan pada konsumen amsih terjangkau.
Kedepan, ia berharap peristiwa kebakaran hebat itu bisa dijadikan momentum penataan perwajahan pusat perkotaan, apalagi rencananya di kantor Satpol PP Balikpapan, tak jauh dari lokasi, rencananya akan dibangun gedung DPRD Balikpapan.
Sehingga gedung pemerintahan dan permukiman bisa berdampingan, tertata serta tak terlalu padat.
"Kendalanya memang, masyarakat kita masih senang dengan budaya bangunan horisontal,"katanya.
Sementara itu, Adrian, warga RT 22 (38) yang sejak lahir tinggal di rumah yang kini sudah habis terbakar itu mengatakan, orangtuanya sudah turun temurun tinggal di sana sejak puluhan tahun lalu.
Pasalnya, kakeknya merupakan mantan veteran pejuang telah membangun hunian di sana.
"Dulu tanah luas, jalanan masih bisa dimasukin mobil. Tapi, karena semakin lama semakin banyak dan luas orang bangun, jalanan makin sempit," ujarnya ditemui di posko, Senin (8/1/2018).
Menurutnya, beberapa opsi penataan, memungkinkan.