Nomor tak Dikenal Teror Orangtua Murid, Modus Anak Kritis di RS, Pelaku Minta Transfer Rp 25,5 Juta
Meskipun telah sering terjadi, namun nomor-nomor tak dikenal masih sering mengintai warga untuk mencari keuntungan.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Modus penipuan masih kerap dilakukan beberapa oknum tak bertanggung jawab.
Meskipun telah sering terjadi, namun nomor-nomor tak dikenal masih sering mengintai warga untuk mencari keuntungan.
Seorang wali murid satu sekolah dasar berbasis Islam di Balikpapan mengabarkan dirinya nyaris saja merelakan uang senilai Rp 25,5 juta untuk penipuan bermodus kecelakaan anak.
Diungkapkan oleh Ani Rahmadhani, korban modus penipuan ini, bahwa pelaku menyebutkan nama anak perempuannya dengan lengkap.
Tentu saja hal itu membuat panik seketika, dan percaya.
Kepanikan mulai ditimbulkan saat sesorang yang mengaku sebagai guru sekolah bernama Dewi Lestari menghubunginya menggunakan nomor telepon, 081225148670.
Berkedok sebagai seorang guru, Dewi menelepon sambil menangis tersedu-sedu mengabarkan bahwa anak perempuan Ani mengalami kecelakaan.
Dikabarkan olehnya, sang anak jatuh dan kritis sehingga dibawa ke salah satu rumah sakit terkenal di Balikpapan.
Di tengah kepanikan itu, Dewi yang tak mampu menjelaskan secara rinci kondisi seperti apa yang dialami sang anak, kemudian mengoper telepon itu kepada seseorang yang mengaku sebagai dokter bernama Gunawan.
"Dokter itu namanya Gunawan, dia sebutkan nama anak saya dengan lengkap. Dokter ini menjelaskan kondisi anak saya mengalami pendarahan, dan tak sadarkan diri," ujarnya kepada Tribunkaltim.co, Rabu (10/1/2018).

Lanjut ia menjelaskan, jika tak segera ditangani dalam waktu 15 menit sang anak tak akan bisa terselamatkan.
Korban penipuan yang masih dalam kondisi panik pun ditenangkan, karena ada cara untuk menyelamatkan sang anak yakni, memasangkan sebuah alat yang harus dibeli dengan harga tak murah.
"Jangan khawatir, katanya. Ada alat yang membuat anak ibu terselamatkan. Tapi katanya alat itu sedang kosong di rumah sakit tempat anak saya dirawat. Kemudian ia menyerahkan sebuah nomor baru, seorang pemilik apotek bernama Profesor Handoko," jelasnya.
Alat tersebut tersedia di tangan Professor Handoko. Diakuinya alat yang dibutuhkan itu merupakan barang import, sehingga harus dibayar dimuka seharga Rp 25,5 juta.
Menyangkut kehidupan sang anak, orangtua mana yang tak semakin khawatir, apalagi posisi Ani saat itu sedang berada di rumah, sedang sang suami berada di kantor.
Sudah sempat pelaku mengirimkan nomor rekening untuk pembayaran alat import tersebut, Ani dibuat ketar-ketir sebab harus mengirimkan uang dengan jumlah yang tak sedikit.

Nasib baik setelah itu grup chat (WhatsApp) sekolah sang anak berbunyi dan mengabarkan kabar serupa.
Langsung saja Ani menghubungi guru sekolah sang anak yang dikenalnya.
Sang guru yang berada di sekolah pun menerangkan bahwa anaknya dalam kondisi baik-baik saja dan sedang belajar di dalam kelas.
Beruntunglah Ani, di grup chat tersebut pun para orangtua membahas kejadian yang sama persis dengan yang dialaminya, sehingga membuatnya yakin bahwa telepon itu adalah modus penipuan.
Sadar dirinya telah ditipu, beberapa kali pelaku menghubungi kembali, Ani tak lagi mengangkat teleponnya.
"Ada lagi nelepon 3 kali, tapi sudah nggak saya angkat," katanya.
Hingga berita ini diturunkan, tidak diketahui dari mana pelaku bisa mendapatkan nama-nama anak korban modus penipuan ini dengan lengkap.
(*)