Tujuh Tahun Lalu Sudah Hilang, Kini Difteri Muncul Lagi, Ini Penyebabnya Versi DKK Samarinda
Untuk kasus alergi ini, pemberian vaksin harus dilakukan dengan cara lain, salah satunya transmisi serum.
Penulis: Doan E Pardede |
"Bisa jadi, anak-anak kita itu imunisasinya tidak lengkap. Itu nomor satu sudah. Imunisasi harus 4 kali, tapi cuma 3 kali. Juga di sekolah, ada imunisasi anak-anak berlarian. Jadi nggak diimunisasi," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Osa, kembali merebaknya wabah difteri ini juga harus jadi pelajaran bagi semua pihak.
Untuk orangtua, harus benar-benar memastikan bahwa buah hatinya sudah mendapat imunisasi lengkap.
Dan jika ada orang dewasa, atau sudah berusia di atas 19 yang merasa bahwa imunisasi selama ini belum lengkap, juga bisa melakukan imunisasi mandiri di fasilitas kesehatan (faskes) atau praktik-praktik dokter.
"Imunisasi lengkap itu, umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18 bulan," urainya.
Dari pemerintah sendiri, kata dia, akan memastikan bahwa seluruh warga yang memang menjadi target benar-benar mendapatkan imunisasi.
Nantinya, kata dia, DKK Samarinda juga akan mengecek dengan teliti siapa-siapa saja target yang dirasa belum mendapat imunisasi.
"Jadi nanti kalau sudah selesai, akan kita sisir siapa yang belum," ujarnya.
Osa juga menyampaikan bahwa ada beberapa kondisi yang mengakibatkan seseorang tak bisa diberi vaksin. Namun semuanya, kata dia, tetap ada solusinya.
Pertama, adalah orang yang sedang sakit. Orang sakit ini baru bisa divaksin setelah sembuh.
Baca juga:
VIDEO - Lengser dari Jabatan Panglima TNI, Jenderal Gatot Pilih Tekuni Bisnis Ini
Idol K-Pop Ini Jadi Tersangka karena Masuk Universitas Lewat Jalur Belakang?
Begini Cara Pasutri Selundupkan Sabu Tarakan Berkilo-kilo ke Balikpapan, Keuntungannya Miliaran!
Anggaran Terbatas dan Tahanan Membludak, Kanwil Kemenkumham Belum Laksanakan Vaksinasi Difteri