Edisi Cetak Tribun Kaltim
Angka Golput di Samarinda dan Kutim Tinggi, Sosialisasi tak Sampai ke Akar Rumput?
Proses pendataan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada 2018 sampai saat ini masih terus dilakukan.
Cara kedua, melalui pengecekan via website KPU.
Pertama, masuk ke link website KPU, kemudian pilihkan link KPU Daftar Pemilih Tetap. Setelahnya, akan muncul kolom pencarian NIK.
Di kolom itulah masyarakat bisa memasukkan Nomor Induk Kependudukan mereka. Jika muncul, berarti sudah terdata. Jika belum, masih ada kemungkinan karena pembaharuan link akan terus dilakukan hingga tanggal coklit selesai di 18 Februari mendatang.
"Iya bisa. Sekarang saja juga sudah bisa kan (dicek). Setelah itu nanti akan disusun ulang (datanya)," ucapnya.
Angka Golput
Tingginya angka warga yang tidak menggunakan hak pilih (golput) berdasarkan Pilkada 2015 lalu juga ikut diakui Komisioner KPU Kaltim, Ida Farida.
Sebagai informasi, dari 9 kabupaten/kota yang melaksanakan Pilkada 2015 lalu, Kutim dan Samarinda memegang tingkat tertinggi untuk golput.
Kutim misalnya, angka golput mencapai 51, 58 persen. Sementara Samarinda juga ikut tinggi, yakni 50, 73 persen.
Angka paling sedikit untuk golput berada di Mahakam Ulu dengan 25, 22 persen untuk persentase golputnya.
"Iya cukup tinggi. Kami sudah antisipasi hal itu melalui sosialisasi ke bawah. Tidak hanya melalui forum-forum resmi. Bahkan hingga sosialisasi per keluarga. Itu untuk menghindari tidak sampainya informasi pilkada jika hanya dilakukan sosialisasi via forum resmi," ucapnya.
Beberapa faktor ikut disebut Ida sebagai faktor tingginya golput di beberapa daerah.
Pertama, karena warga merasa paslon yang ada tidak mewakili mereka. Kedua, bisa jadi tidak sampai kepada masyarakat tentang informasi Pilkada ini. Dalam artian mereka tidak tahu.
Selain itu, penyebab lain dikatakannya berada pada persoalan teknis, yakni persoalan data di DPT yang belum sempurna 100 persen.
"DPT-nya tidak selesai 100 persen. Bisa saja, orang yang sudah pergi atau pindah ke luar kota, itu masih terdata sebagai DPTAda juga orang meninggal yang masih terdata di DPT. Padahal kan orangnya sudah tak ada, tetapi masuk sebagai DPT. Otomatis, hal demikian ini mempengaruhi persentase kehadiran. Kan seperti itu masuk dalam hitungan golput," ucapnya. (*)