Dimanjakan dan Didandani Sangat Cantik, Ini Kisah Gadis yang Dipaksa Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Kami dibolehkan memilih gaya rambut apapun. Kami juga mendapat lukisan henna di tangan, kaki, bahkan kadang di leher

Editor: Amalia Husnul A
NET/GOOGLE
Ilustrasi 

Kisah gadis remaja yang ditugaskan untuk menjadi pembom bunuh diri di tengah kerumunan orang.

TRIBUNKALTIM.CO -  Falmata dimanjakan dengan paket lengkap perawatan kecantikan.

Selain mendapat lukisan henna di kaki, rambut ikalnya disisir dan diluruskan oleh perempuan lain.

"Kami dibolehkan memilih gaya rambut apapun. Kami juga mendapat lukisan henna di tangan, kaki, bahkan kadang di leher," kenangnya.

Falmata sadar bahwa dia bakal tampak cantik. Namun, ada konsekuensi maut.

Begitu selesai didandani, pinggangnya akan dililit dengan peledak.

Falmata adalah satu dari ratusan perempuan muda, sebagian besar remaja, yang diculik kelompok milisi di Nigeria dan dipaksa menjalankan misi kematian.

Yang menakjubkan, dia selamat.

Baca: Karyawan Potong dan Rebus Alat Kelaminnya Bos, Alasannya, tak Digaji 3 Tahun

Baca: Pembangunan Rumah Adat Kuta di Penajam Telan Anggaran Rp 15 Miliar

Falmata baru berusia 13 tahun ketika diculik dua pria yang mengendarai sepeda motor saat dia sedang berjalan kaki menuju rumah seorang kerabat dekat perbatasan Kamerun.
Falmata diseret dan dihimpit di antara kedua pria itu. Mereka kemudian melesat meninggalkan jalan utama dan menuju belantara hutan.
Setelah empat jam, mereka sampai di sebuah kamp besar. Falmata tidak tahu di mana dia berada. "Ada banyak tenda dan gubuk beratap jerami," ujarnya pelan, hampir berbisik.

"Gadis-gadis ditempatkan di dalam tenda-tenda. Di tenda saya ada sembilan orang dan kami harus tidur di matras yang besar."

Kamp itu milik Boko Haram, kelompok milisi yang melancarkan pemberontakan dengan tujuan mendirikan negara Islam di Nigeria utara.

"Awalnya saya ingin kabur namun tidak ada kesempatan," ujarnya.

Sejumlah pria ditempatkan berjaga-jaga di sekitar kamp guna menangkap siapapun yang mencoba kabur.

Tidak perlu waktu lama sampai dia terpaksa harus memilih: menikahi anggota milisi atau melancarkan "misi".

Dia menolak menikah. "Saya katakan kepada mereka, saya masih terlalu muda," ujarnya.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved