Lepas Sepatu Hak Tinggi, Waria Berhasil Kabur dari Kejaran Petugas
Kesan feminim berubah 180 derajat saat mendengar sepatu laras terhentak ke tanah, dan sekumpulan pria mencoba menangkapnya.
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Nalendro Priambodo
TRIBUNKALTIM.CO,BALIKPAPAN - Dua buah mobil melaju dengan kecepatan 60km/jam memecah keheningan dini hari kota Balikpapan.
Di atasnya berdiri belasan pamong praja berseragam lengkap bersenjatakan Tongkat dan sebilah kayu seukuran jempol pria dewasa.
Salah seorang petugas nampak mengencangkan tali sepatu laras, siap mengejar dan mengamankan waria yang acap kali menjaja diri di beberapa sudut kota minyak.
Mendapati laporan keresahan warga soal adanya waria yang bergerombol di salah satu gang dekat kantor kelurahan Muara Rapak, Balikpapan Utara, rombongan langsung melakukan pengintaian di salah satu gang yang disinyalir biasa dipakai mangkal.
Baca: Berkaca dari Theory of Everything, Stephen Hawking Menolak Keberadaan Tuhan dan Surga
Benar saja, di bibir gang selebar minibus itu, berdiri seorang waria, asyik merokok sambil sesekali menebar godaan ke tiap pelintas jalan, kebanyak pria, berharap mereka mau mampir untuk transaksi.
"Ada satu Ndan,"kata seorang petugas pada Kasie Ops Satpol PP Balikpapan Siswanto yang memimpin operasi malam ini.
Sis, sapaan akrabnya langsung memerintahkan anggotanya menyergap sasaran.
Setir kemudi mobil patroli diarahkan ke temaram gang sempit itu. Si penunggu pangkalan itu, menyapa ramah sekumpulan pria di atas mobil bak terbuka dengan mata memburu.
"Haiii,"sapa pekerja seks itu dengan nada kemayu.
Kesan feminim berubah 180 derajat saat mendengar sepatu laras terhentak ke tanah, dan sekumpulan pria mencoba menangkapnya.
"Waduh,"kata waria itu.
Baca: Belum Lama Bercerai, Mantan Istri Caisar Dikabarkan Sudah Menikah Kembali, Minta Didoakan Langgeng
Reflek, waria dengan busana rok sepaha itu melepaskan sepatu hak dan berlari blingsatan menjauhi petugas. Aksi-aksi kejar-kejaran berlangsung di dalam gang, mengingatkan cuplikan polisi India mengejar penjahat di perkampungan padat semerawut.
Sayang, petugas kalah cepat dan kehilangan jejak di persimpangan gang bercabang.
"Larinya ceper banget, otot kakinya (waria itu) besar banget,"ujar seorang petugas yang terlibat pengejaran dengan nafas tersengal.
"Padahal kita rutin olahraga dan main bola voly di kantor,"sambungnya.
Baca: Di Depan Komnas HAM, Novel Baswedan Buka-bukaan Tentang Kasusnya
Tak mau pulang tangan kosong, aparat yang kini ketambahan 3 personel polisi yang kebetulan ingin membantu, pindah ke titik lainya di sekitaran Gunung Pasir, dekat kantor Kesbangpol dan SMA 1 yang saban dinihari jadi tempat mangkal.
Sayang, tak satupun pekerja seks ini menampakkan batang hidungnya.
"Usul Ndan, kita pindah ke Markoni saja, ini sudah jam 01.20 (dinihari) biasanya sudah pada mangkal," kata petugas pamong senior pada Sis, diamini dengan penyusunan rencana dan jalur pengepungan agar tak kabur.
Benar saja, memasuki gang samping dealer mobil, tak jauh dari kantor Samsat, jalan Jendral Sudirman, ditemui dua orang waria berdiri diterangi lampu jalan, menunggu calon pemakai jasa.
Seorang petugas turun dari mobil dan langsung memegang pergelangan tangan waria yang asyik memainkan layar smartphonenya. Keduanya pasrah tak melawan
"Iya iya, aku ga lari, aku ga bisa lari memang,"kata waria berkulit putih mulus merata, dengan nama panggilan sebut saja Rita digelandang naik ke mobil petugas.
Pekerja seks berumur 33 tahun itu mengaku, sejak awal sudah melihat mobil patroli petugas berseliweran dekat tempat mangkalnya. Pun begitu, lantaran baru saja datang dari kost dan belum dapat pelanggan satupun, ia tetap nekat mangkal.
"Ngapain aku lari, aku ga merampok kok,"katanya yang sudah dua tahun pindah mangkal ke Balikpapan, setelah kenyang berkelana sejak 2008 di beberapa kota di Sulawesi bekerja salon dan sebagai pekerja seks.
"Udah ga kehitung mas ditangkap, perasaan saya sih biasa saja,"kata waria lain, sebut saja Bela santai sambil menghabiskan sebatang rokok kretek menthol.
Terjerat operasi berkali-kali tak membuat mereka kapok, Bela dan Rita kompak, himpitan ekonomi, sulitnya mencari pekerjaan bagi mereka yang dicap waria dan kemudahan mencari uang sebagai pekerja seks masih jadi alasan mereka kembali mangkal tiap kali dilepas.
Dalam semalam mereka bisa mendapat Rp 150-200 ribu dari menjajakan jasa pada 4-5 lelaki hidung belang, mulai dari anak muda baru ber-KTP sampai pria paruh baya.
"Saya tulang punggung keluarga, adik dua orang ga kerja. Orangtua tau saya kerja gini, cuma saya ga enak kerja begini di kampung saya di daerah Manggar, ga enak sama keluarga besar,"ujar Bela.
Di kantor Satpol PP, keduanya langsung diperiksa dan didata penyidik. Kasie Ops Satpol PP Balikpapan, Siswanto mengatakan razia ini sebagai tindaklanjut laporan warga yang merasa terganggu karena adanya waria yang bergerombol di tengah malam.
"Operasi penertiban sesuai perda ketertiban umum kota Balikpapan,"ujar Siswanto.
Saat diamankan, keduanya diketahui tidak membawa kartu identitas, dan diduga menjajakan diri. Selanjutnya mereka ditahan sementara sambil mengikuti sidang tindak pidana ringan (tipiring) pada 22 Maret mendatang.
Di 2018 ini, sudah ada 8 waria yang berhasil petugas jaring, Siswanto mengatakan, bagi waria yang sudah terjaring berulang kali langsung diserahkan pada Dinas Sosial untuk dibina.
"Akan ditahan dan kembalikan ke dinas sosial untuk pembinaan,"tandasnya.
"Kami pingin pulang pak,"rengek kedua waria ditengah suara sayup-sayup pengeras suara pengajian sholat subuh.