Air Minum dalam Kemasan dari Dua Merek Ini Mengandung Partikel Plastik, Begini Pernyataan Perusahaan

"Kami menemukan (plastik) di dalam botol demi botol dan merk demi merk," kata Sherri Mason, profesor kimia dari State University of New York

Editor: Amalia Husnul A
KOMPAS.com/Bestari Kumala Dewi
Ilustrasi. Kemasan botol Aqua 

Seorang juru bicara Nestle menambahkan bahwa kajian Profesor Mason meluputkan beberapa langkah kunci untuk menghindari "hasil positif yang salah".

Dia juga mengatakan pihaknya mengundang orb Media untuk membandingkan metode.

Baca: Tengah Persiapkan Penerbangan, Seorang Pramugari Tiba-tiba Buka Pintu Darurat dan Melompat

Baca: Politisi PKS Mardani Ali Sera Beberkan Strategi Kalahkan Jokowi di 2019

Secara terpisah, Danone mengatakan tidak bisa mengomentari kajian tersebut karena "metodologi yang digunakan tidak jelas".

Danone menegaskan botol yang mereka gunakan untuk menampung air masuk kategori "kemasan yang sesuai untuk makanan".

Perusahaan itu menambahkan bahwa tidak ada aturan pasti mengenai mikroplastik atau konsensus dalam sains untuk mengujinya.

Graphic: Type
Metode pengujian
Untuk menguji partikel plastik, ilmuwan dari State University of New York mendatangkan 250 air kemasan dari 11 merek di sembilan negara yang dipilih atas dasar besarnya populasi atau konsumsi air kemasan yang relatif tinggi.
Merk-merk itu mencakup merk taraf internasional:

Aquafina
Dasani
Evian
Nestle Pure Life
San Pellegrino

Baca: Data Nasabah Bocor? Begini Tanggapan OJK

Baca: Ini Rahasia Tenaga Ekstra Messi Bungkam Chelsea

Adapun merk taraf nasional meliputi:
Aqua (Indonesia)
Bisleri (India)
Epura (Meksiko)
Gerolsteiner (Jerman)
Minalba (Brasil)
Wahaha (Cina)

Testing bottles

Bahan pewarna Nile Red digunakan untuk melacak keberadaan partikel plastik di dalam botol air.

Pengujian kandungan plastik melibatkan bahan pewarna bernama Nile Red yang dimasukkan ke setiap botol—sebuah teknik yang dikembangkan baru-baru ini oleh sejumlah ilmuwan Inggris untuk melacak keberadaan plastik di air laut.

Kajian sebelumnya menemukan bahwa bahan pewarna itu melekat pada partikel plastik dan membuatnya menjadi berpendar di bawah sorotan cahaya tertentu.

Profesor Mason dan kolega-koleganya kemudian menyaring sampel partikel plastik dan menghitung setiap kepingan berukuran di atas 100 mikron—kira-kira setara dengan diameter sehelai rambut manusia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved