Edisi Cetak Tribun Kaltim

Kota Tepian Dikepung Banjir, Samarinda Tetapkan Status Tanggap Darurat!

Berbagai unsur relawan dan instansi penanggulangan bencana pun dalam penanganan banjir, terutama membantu warga korban banjir.

Penulis: tribunkaltim |
Tribun Kaltim/Nevrianto
Seorang anggota Brimobda Polda Kaltim Detasemen B Pelopor menuntun warga menyebrang dari jalan APT Pranoto ke jalan Harun Nafsi yang dilanda banjir setinggi lutut, Kamis( 22/3/2018). 

"Tadi rapat OPD (organisasi perangkat daerah) terkait. Akhirnya diterbitkan SK (surat keputusan) Tanggap Darurat Bencana, dan hari ini juga ditandatangani Walikota," kata Sugeng.

Dengan demikian, pos anggaran Tanggap Darurat Bencana yang dialokasikan bisa digunakan untuk membantu para korban banjir.

"Besarannya ya sesuai yang diperlukan nanti," ujar Sugeng.

Baca: Hari Semakin Gelap, Banjir Masih Menggenangi Kawasan Permukiman Warga

Hasil peninjauan bersama Pj Walikota Samarinda Zairin Zain, banjir di kawasan Loa Bakung dinilai Sugeng merupakan titik banjir baru.

"Sejak 1993 Loa Bakung ini tidak pernah banjir. Ini termasuk titik baru," katanya.

Sugeng menilai, ada tiga penyebab utama kawasan Loa Bakung diterjang banjir besar.

Pertama drainase yang menuju Mahakam itu kurang berfungsi. Selain itu, dampak Badai Marcus.

Penyebab terakhir, lanjut Sugeng, adanya pengupasan lahan cukup signifikan di Loa Bakung. Baik untuk perumahan maupun pergudangan.

"Nanti kita minta OPD terkait untuk memeriksa izin dan siteplan yang mengupas lahan di Loa Bakung. Apa yang dilakukan sudah sesuai apa belum," tutur Sugeng.

Sebelumnya, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Anang Muchlis menuturkan, Sungai Karang Mumus saat ini sudah tak mampu lagi menampung air sesuai kapasitas awalnya.

Imbasnya, air meluber dan terjadi banjir di Kota Samarinda.

Dan berdasarkan data, 70 - 80 persen banjir yang terjadi di Kota Samarinda memang disebabkan menurunnya fungsi SKM.

"Akibatnya, di beberapa titik di Kota Samarinda itu sering terjadi banjir. Terutama di saat musim hujan," katanya.

Menurunnya kemampuan Sungai Karang Mumus disebabkan banyak hal.

Mulai perambahan tepian sungai menjadi permukiman dan fungsi lainnya, hingga kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai itu sendiri.

"Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai itu memang masih sangat rendah. Itu semua terakumulasi, sehingga kemampuan untuk mengalirkan debitnya sangat berkurang sekali," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved