Probosutedjo Tanpa Pesan Jelang Akhir Hayat

Tindakan itu dilakukan sebagai ungkapan rasa duka atas meninggalnya Probosutedjo, adik tiri Presiden RI ke-2, Soeharto.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Probosutedjo (kiri), adik kandung Mantan Presiden Soeharto, dan Siti Hardijanti Rukmana, putri sulung Soeharto, berdiri di dekat patung Soeharto setinggi 3,5 meter yang baru saja diresmikan di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, Jumat (1/3/2013). Pada lahan seluas 3.800 meter persegi tersebut juga dibangun kembali rumah sejarah Soeharto sebagai penanda tempat kelahiran Presiden ke-2 Republik Indonesia tersebut. 

Anies Baswedan menyatakan Probosutedjo berjasa di bidang pendidikan karena telah mendirikan Universitas Mercubuana.

"Di sana ribuan anak dididik, ini insya Allah dicatat sebagai amal jariah bagi Pak Probosutedjo, kita semua kehilangan," ujar mantan Rektor Universitas Paramadina itu.

Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, yang juga melayat ke rumah duka menyatakan, Probosutedjo pantas disebut anak pahlawan. Sang Ayah, Kiai Atmopawiro, adalah orang yang melindungi Letkol Soeharto yang di kemudian hari menjadi Presiden ke-2 RI.

"Beliau adalah putra Lurah Kemusuk. Bapaknya dibunuh oleh Belanda karena melindungi Pak Harto pada saat perjuangan. Jadi, beliau adalah anak pahlawan," katanya.

Probosutedjo lahir di Desa Kemusuk, Bantul, pada tanggal 1 Mei 1930 sebagai anak kelima dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah Atmoprawiro dan ibunya bernama Soekirah. Ketika berusia enam tahun, Probosutedjo diberi tahu bahwa dia juga memiliki seorang kakak yang tinggal di Wuryantoro, Wonogiri, Jateng.

Ketika usianya bertambah, Probosutedjo semakin mengerti bahwa dia dan Soeharto adalah saudara seibu. "Tidak saya duga sama sekali, saudara kandung yang "terlambat" hadir dalam hidup saya ini kelak justru menjadi saudara dekat. Teramat dekat," ungkap Probosutedjo seperti dikutip dari hmsoeharto.com.

Tatkala Soeharto menjadi orang nomor satu di Indonesia, ada pihak yang meragukan hubungan kekerabatan Soeharto dan Probosutedjo.

"Banyak orang menyangsingkan status saya sebagai adik Mas Harto. Berbagai suara menyebutkan saya hanya sudara jauh. Bahkan ada yang mengatakan saya tak lebih dari saudara tiri yang tak ada hubungan sedarah sama sekali. Malah ada juga yang menduga, jangan-jangan saya malah bukan siapa-siapanya Mas Harto," ungkapnya.

"Menghadapi pernyataan-pernyataan itu, saya hanya tersenyum. Mas Harto, atau Soeharto, Presiden RI ke-2, adalah saudara, yang terlahir dari rahim Ibu yang juga mengandung saya. Seseorang yang bukan saja menjadi dekat fisik, tapi juga batin. Kami adalah dua orang dengan perbedaan karakter yang sangat jelas. Mas Harto adalah batu karang yang kukuh dan diam. Saya adalah gelombang yang menghempas-hempas. Namun, dasar nurani kami memiliki warna yang nyaris sama."

Di Desa Kemusuk itu pula, Probosutedjo mendirikan Museum Jenderal Besar HM Soeharto yang diresmikan 8 Juni 2013 oleh dirinya. Museum seluas 3.620 meter persegi itu didedikasikan untuk kakak tirinya. Isinya, tentang 32 tahun kepemimpinan Soeharto.

Bagi warga Kemusuk, Bantul, Probosutedjo adalah sosok yang sederhana. Bibit (78), teman almarhum Probosutedjo mengatakan, setiap pulang ke Kemusuk, Probosutedjo kerap mengundang tetangganya untuk makan bersama.

"Setiap pulang ke sini mengajak makan bersama. Lauknya tempe tahu, ayam kampung, macam-macam. Kadang soto, sayur bobor khas orang kampung," ujarnya, Senin.

Bibit menyatakan, Probosutedjo juga kerap membantu pembangunan pagar rumah warga hingga mendirikan sekolah dari TK hingga perguruan tinggi di antaranya SMA Mercu Buana, sekolah pertanian, dan Universitas Mercu Buana Yogyakarta. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved