Edisi Cetak Tribun Kaltim

Tumpahan Minyak, GM Pertamina RU V: Akui Pipa Bocor Akibat Gaya yang Besar

Namun, Togar MP berkilah putusnya pipa itu bukan dikarenakan kesalahan operasional di perusahaan fasilitas yang ia pimpin.

Penulis: tribunkaltim | Editor: Amalia Husnul A
tribunkaltim.co
Tribun Kaltim, Edisi Kamis (5/4/2018) 

Baca: Sidang Bupati Rita, Kontraktor Akui Setor Uang Terima Kasih ke Bupati, DPRD, hingga Kadis

Baca: Berikut Video Lengkap 5 Poin Klarifikasi dalam Permintaan Maaf Sukmawati, Perhatikan Suaranya

Jadi, tegasnya, tidak benar kalau ada yang mengkatakan ada kapal melempar jangkar di perairan Teluk Balikpapan yang di dalam lautnya ada pipa minyak.

"Nakhoda itu tahu mana lokasi yang ada pipa minyaknya di dalam laut. Tidak mungkin tahu. Kalau ada nakhoda yang nekat lepas jangkar di pas pipa minyak sama saja itu dengan bunuh diri," ungkap Joko.

Kalau pun memang ada pendapat seperti itu, perlu dinalar dengan logika dan fakta yang bisa diungkapkan ke ranah hukum, lakukan pembuktian di pengadilan.

"Silakan saja kalau yang ada berpendapat begitu. Buktikan kalau bisa," tegasnya.

Menurut dia, cemaran minyak yang merusak perairan Teluk Balikpapan itu tidak bisa disangkakan ke kapal. Biasanya buangan minyak dari kapal laut sangat tidak mungkin.

Minyak keluar dari kapal itu biasanya saat dalam kondisi kapal saling bertabrakan satu sama lain atau kapal karam, mengalami kandas, tenggelam ke dalam laut.

Baca: Gempa Megathrust Berpotensi Tsunami Setinggi 57 Meter, Ini yang harus Disiapkan

Baca: Begini Pengakuan Blak-blakan Disya Rosa, Wanita yang Mengaku Dihamili Mantan Suami Ayu Ting Ting

Lagi pula cairan minyak yang cemari perairan Teluk Balikpapan sangat banyak yang tidak mungkin berasal dari kapal.

"Kita lihat kemarin waktu ada cemaran minyak tidak ada kapal yang tabrakan atau tenggelam. Yang ada kapal terkena sambaran api, kapal kargo batu bara jadi terbakar," katanya.

Sekarang, ungkap dia, kapal kargo batu bara mengalami kerugian.

Produksi Berkurang

Putusnya pipa minyak bawah laut milik Pertamina Refinery Unit (RU) V Balikpapan, yang menghubungkan terminal Lawe-lawe ke fasilitas pengilangan unit 5, ikut berdampak menurunya produksi kilang itu.

General Manager Pertamina RU 5, Togar MP menjelaskan, di fasilitas pengilangan itu, terdapat dua skema pengolahan minyak, primary/utama dan sekunder.

Baca: Netizen Antusias Sambut Gundala si Putra Petir, Jagoan Legendaris Indonesia Diangkat ke Layar Lebar

Baca: GP Ansor: Pertamina yang Bocor, Kok Masyarakat yang Bersih-bersih

Togar mengakui, akibat kejadian ini, suplai utama mengalami penurunan sebesar 50 persen, sementara suplai sekunder masih mampu produksi 70 persen.

Diketahui kilang ini mampu memproduksi 260 ribu barrel minyak olahan per hari.

"Dengan adanya (putusnya pipa) ini, kami akses produksi menggunakan cadangan (minyak) di tanki," ungkap Togar.

Mengetahui adanya penurunan produksi ini, pihaknya langsung ambil langkah antisipasi guna menjaga produksi minyak kedepan.

"Hal ini sudah direncanakan, sandar kapal tanker untuk operasikan untuk meningkatkan kapasitas produksi

Togar tak menyebut sampai kapan proses perbaikan dan suplai itu berlangsung. Termasuk berapa barrel minyak yang akan dipasok lewat kapal tanker itu.

"Barrel saya lupa, demikian kami tetap pertahankan operasi untuk menunaikan tanggungjawab suplai BBM,"ujarnya.

Dari info yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya, kilang Balikpapan menyuplai sekitar 26 persen kebutuhan BBM Indonesia, dan termasuk kilang terbesar kedua setelah kilang Cilacap.

Fasilitas pengilangan ini, direncanakan akan ditingkatkan produksinya menjadi 360 ribu barrel/hari, lewat program refinery development masterplan program.

Baca: Karen, Mantan Dirut Pertamina Resmi jadi Tersangka Kasus Korupsi

Baca: Inilah Pendapat Tokoh Nasional yang Pernah Berobat ke Dokter Terawan

Dampak Ekologis

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI baru saja menyelesaikan laporan tim penanganan kejadian tumpahan minyak di Teluk Balikpapan.

Hasil laporan setebal 13 halaman, yang disampaikan Rabu (4/4) itu, menggambarkan kerusakan ekologis yang mencengangkan akibat tragedi ini.

Hasil pemeriksaan lapangan memuat, area terdampak akibat tumpahan minyak diperkirakan mencapai ± 7.000 ha dengan panjang pantai terdampak di sisi Kota Balikpapan dan Kabupaten  Penajam Paser Utara, mencapa ± 60 km.

"Berdasarkan fakta lapangan ditemukan ekosistem terdampak berupa tanaman mangrove ± 34 Ha di Kelurahan Kariangau RT 01 dan RT 02, 6.000 tanaman mangrove di Kampung Atas Air Margasari, 2.000 bibit mangrove warga Kampung Atas Air Margasari dan biota laut jenis kepiting mati di Pantai Banua Patra,"tulis laporan itu.

Tim gabungan mendapati keluhan masyarakat yang mual dan pusing  akibat bau minyak menyengat selama beberapa hari, khususnya di area permukiman yang masih terpapar tumpahan minyak.

"Masih ditemukan lapisan minyak di perairan, tiang dan kolong rumah pasang surut penduduk di daerah Kelurahan Margasari Kelurahan Kampung Baru Hulu, Keluarahan Kampung Baru Hilir, Kelurahan Kariangau RT 01 dan RT 02, Kecamatan Balikpapan Barat,"tulis laporan tim di lapangan.

Bahkan, hasil analisis citra satelit  LAPAN, yang direkam, Minggu (1/4/2018), sehari setelah tumpahan diketahui menggunakan data Landsat 8 dan Radar Sentinel 1A mencatat, estimasi total luasan tumpahan minyak di perairan Teluk Ba

likpapan seluas 12.987,2 ha. Daftar hasil temuan ini dampak kerusakan ini, diprediksi bertambah, menurut hasil perhitungan Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Balikpapan, ada 162 nelayan yang tak bisa melaut karena dampak tumpahan minyak itu. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved