Uang Perpisahan Siswa SMPN 5 Pasir Belengkong Tercecer, Niat Baik Nur Aliya Sempat Dicurigai
Dan bukan kendaraan lain juga banyak yang lewat, tapi kenapa yang melihat hanya orangtua dan suaminya saja.
Laporan wartawan Tribun Kaltim Sarassani
TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Mungkin pengalaman Nur Layla, Warga Desa Senaken, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser bisa menjadi salah satu cerita langka yang terjadi di zaman sekarang.
Cerita ini seperti mengulang peristiwa yang terjadi di Kota Raja (sebutan untuk Ibukota Kecamatan Pasir Belengkong) tanggal 18 Oktober 2016.
Senin (9/4/2018), sekitar pukul 07.00 WITA, sekitar 100 meter dari Jembatan Gantung Dusun Blebak Desa Suliliran, Kecamatan Pasir Belengkong, suaminya Mirwan Rusadi (35), dan ayahnya menemukan uang lembaran Rp 100.000 yang tercecer di jalan.
Uang itu satu dari 3 amplop yang tidak dilem.
Baca: Pemusnahan Barang Bukti di Makassar Meledak Seperti Bom, 1 Orang Jadi Korban, Lihat Videonya
"Bapak dan suami saya yang menemukannya. Pagi itu mereka mau ngejar hari pasar di Dusun Goa, Desa Laburan. Nah, lewat jembatan kan mobil harus antre, setelah turun dari jembatan itulah mereka melihat uang tercecer di jalan," kata Nur Aliyah, Rabu (11/4/2018).
Nur Aliya mengaku heran lokasi tercecernya uang itu sangat dekat dengan pemukiman warga.
Dan bukan kendaraan lain juga banyak yang lewat, tapi kenapa yang melihat hanya orangtua dan suaminya saja.
"Mereka sudah melewatinya, suami saya bahkan sempat menyangka itu cuma uang mainan, tapi Bapak tetap memundurkan mobil. Ternyata itu uang beneran, terus saya dikabari suami kalau ketemu uang sebesar Rp 14 juta. Dalam amplop hanya ada daftar siswa kelas 9, tapi sekolah yang mana. Saya masih jualan di pasar saat ditelp, dengar kabar itu jadi tak tenang," ucapnya.
Baca: Ketahuan Main di Seleksi Polri Pecat Menanti, Ini Penegasan Kapolda Kaltim
Mirwan minta tolong melacak pemilik uang melalui akun Facebooknya Nur Aliya.
Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, sore harinya hanya memposting daftar siswa, namun warga sosial media (medsos) tak memberikan info yang diinginkan, bahkan ada beberapa yang komentarnya menaruh curiga.
Bagi Nur Aliya, kecurigaan itu dalam batas wajar.
Baca: Di Unmul, Abraham Samad Jelaskan Perilaku Mahasiswa yang Korupsi
Nur Aliya juga mengontak seorang guru yang dikenalnya di Desa Pepara.
Dari guru tersebut, Nur Aliya mendapat no hp H Bakri, seorang Kepala SMP Negeri di Kecamatan Pasir Belengkong.
"Beliau (H Bakri) yang menelpon Pak Yusransyah, Kepala SMPN 5 Pasir Belengkong. Tapi Pak Yusransyah saat itu belum mengerti, coba sudah ngerti, selesai hari itu juga," kenangnya.
Pencarian di sosmed dilanjutkan suaminya, pagi hari ada yang mengaku mengenal beberapa siswa itu bersekolah di SMPN 5 Pasir Belengkong.
Dengan modal info yang minim itu, Nur Aliya dan Malihah Azizah (2), diantar Mirwan menuju SMPN 5 Pasir Belengkong yang berlokasi di Desa Laburan.
"Sekolah itu hampir setiap minggu dilewati bapak dan suami saya. Namanya mereka tahunya jualan di pasar, jadi kami sempat mutar-mutar mencari SMPN 5, nyaris kami nyasar mencarinya ke Petangis," ucapnya.
Singkat cerita, Nur Aliyah sampai ke SMPN 5 Pasir Belengkong.
Dengan didampingi suaminya, Nur Aliyah mendapat kepastian bahwa siswa yang ada dalam daftar memang bersekolah di SMPN 5 Pasir Belengkong, info berapa amplok yang tercecer dan nominalnya pun cocok dengan uang yang ditemukan orangtua dan suaminya.
Disaksikan Kepala SMPN 5 Pasir Belengkong Yusransyah, Selasa (10/4/2018l, Nur Aliyah menyerahkan uang sekitar Rp 14 juta kepada Arbainah, guru agama SMPN 5 Pasir Belengkong yang dipercaya memegang uang dana perpisahan siswa kelas 9 SMPN Pasir Belengkong.
"Kata Bu Arbainah, dia sengaja tidak ngelem amplop yang uangnya terhambur karena masih ada siswa yang belum menyetor. Pak Yusransyah sangat bersyukur, muka Bu Arbainah semula murung kembali ceria," ungkapnya.
Ditanya mengapa uang temuan tidak digunakan sendiri?
Nur Aliyah mengaku sebenarnya keluarganya perlu dana yang cukup besar untuk membayar tagihan yang menumpuk di bulan ini, tapi dengan memanfaatkan uang itu akan membuat usaha yang dijalani tidak berkah, dari pada usaha nantinya hancur lebih baik mengembalikan uang yang ditemukan.
"Setiap uang yang bukan hak kita, tidak berkah apabila digunakan. Meski suami saya hanya jualan roti, terkadang nyambi jadi buruh bangunan, saya juga jualan di pasar dan orangtua ngejar hari pasar, tapi kami tidak mau makan hak orang. Dengan berhasilnya mengembalikan uang itu, kami sudah senang," pungkasnya.
Untuk diketahui, tanggal 18 Oktober 2016 di lokasi berbeda dalam daerah yang sama, Finandar Astaman seorang PNS di lingkungan Pemkab Paser menemukan uang lembaran Rp 50.000 tercecer di jalan, setelah dihitung semua sekitar Rp 80 juta dan dikembalikan pada pemiliknya.(*)