Salah Dosis, Pengunaan Herbisida Bisa Membahayakan Lingkungan dan Petani
Seperti diketahui, kata Ketua Alishter Indonesia Mulyadi Benteng, herbisida yang berbahan aktif parakuat diklorida ini sejatinya adalah racun.
Penulis: Doan E Pardede |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sebanyak 100 petani dari Kota Samarinda mengikuti Pelatihan Herbisida Terbatas Pakai garapan Aliansi Sterwardship Herbisida Terbatas (Alishter) dan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Provinsi Kaltim di Dunamos Cafe, Jalan Tekukur, Sabtu (21/4/2018).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Nurhasanah (Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim), Wenny T (Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kaltim), formulator pestisida, kios-kios pertanian, dan para distibutor pestisida yang ada di Kota Samarinda.
Seperti diketahui, kata Ketua Alishter Indonesia Mulyadi Benteng, herbisida yang berbahan aktif parakuat diklorida ini sejatinya adalah racun.
Baca: Inilah Sosok Soesalit Djojoadhiningrat, Putra Semata Wayang RA Kartini yang Terlupakan
Dalam kehidupan sehari-hari, herbisida ini biasa digunakan petani untuk memberantas atau mengurangi rumput yang mengganggu pertumbuhan tanaman di lahan pertaniannya.
Walau bersifat racun, papar Mulyadi, penggunaan pestisida ini tetap bisa tepat sasaran dan tidak akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan, bila digunakan sebagaimana mestinya.
Namun kondisinya saat ini, ungkap Mulyadi, kesalahan penggunaan herbisida ini masih kerap ditemui.
Baca: Dipaksa Jadi Istri Ke-4 Bupati Jepara, Terungkap Sesungguhnya Perasaan RA Kartini Tentang Cinta
Oleh karena itulah, pengetahuan petani-petani ini perlu ditingkatkan, salah satunya melalui pelatihan.
"Kami memberikan pelatihan ini dengan tujuan agar petani bisa menggunakan herbisida berbahan aktif parakuat diklorida ini secara baik, benar dan bijaksana," ujarnya.
Mulyadi menuturkan, ada 4 poin penting yang perlu diketahui petani seputar pengunaan herbisida.
Pertama, herbisida tidak akan membahayakan lingkungan dan kesehatan jika digunakan sesuai petunjuk yang ada di label atau kemasan.
Baca: Calon Jemaah Haji yang Meninggal Dunia Bisa Digantikan Keluarganya, Ini Syaratnya
Kebanyakan, masih ada saja petani yang beranggapan bahwa semakin banyak herbisida maka hasilnya akan semakin efektif.
Tentunya, kata dia, hal seperti ini sangat berbahaya jika terus dilakukan.
Petani juga akan dibekali pengetahuan seputar perawatan alat-alat semprot herbisida, hingga bagaimana melindungi diri ketika beraktivitas dengan herbisida.
Baca: Kartinian di Roma, Gadis-gadis Italia Antusias Kenakan Kostum Tradisional Indonesia
Di antaranya, harus dilengkapi penutup muka, sarung tangan, sepatu, dan perlengkapan lainnya.
"Untuk pelindung diri ini akan ditambah dengan praktik, bagaimana cara menggunakan penutup muka, sarung tangan dan lain-lain," ujarnya.
Dan yang tak kalah penting, petani juga akan dibekali pengetahuan seputar penanganan kondisi darurat manakala terjadi keracunan herbisida.
"Bagaimana pertolongan pertama jika terjadi keracunan, untuk menghindari musibah," ujarnya.
Mulyadi menuturkan, pelatihan serupa sudah mulai digelar sejak tahun 2016 lalu di 14 provinsi, dan meningkat menjadi 22 provinsi di tahun 2017.
Baca: 4 Wanita Cantik Ini Pernah Mengisi Hati Pangeran Harry Sebelum Bertemu Meghan Markle
Untuk tahun 2018 ini, pelatihan serupa sudah digelar di 10 provinsi.
Di provinsi-provinsi ini, penggunaan herbisidanya menurutnya memang cukup tinggi dan luas. Usai pelatihan, masing-masing peserta juga akan mendapatkan sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah.
Diharapkan, petani yang sudah mengikuti pelatihan ini bisa menularkan ilmu yang didapat kepada rekan-rekan seprofesinya yang belum sempat mengikuti pelatihan.
"Diharapkan, semakin banyak petani yang memahami itu, Insya Allah penggunaanya lebih efektif, efisien, aman, sekecil mungkin dampaknya terhadap manusia, ternak, lingkungan, dan sebagainyan," tandasnya. (*)