Edisi Cetak Tribun Kaltim

Diberi Makan dan Tempat Tinggal, WNA Malah Rusak Rudenim! Ini Negara Tujuan Mereka

Suasana Rudenim Balikpapan yang berada di Jalan Sosial, Lamaru, Balikpapan Timur sempat mencekam.

TRIBUNKALTIM/MUHAMMAD FACHRI RAMADHANI
Sebanyak 152 pengungsi Rudenim Balikpapan melakukan unjuk rasa. Mereka berteriak dari ruang kamar pengungsi sambil mengangkat kertas bertuliskan protes, Jumat (20/4/2018) malam. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Fachri Ramadhani

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Sebanyak 152 warga negara asing (WNA) dari berbagai kewarganegaraan yang ditahan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Balikpapan, Jumat (20/4/2018) malam hingga Sabtu (21/4/2018) dini hari mengamuk dan merusak berbagai fasilitas yang ada di rudenim.

Suasana Rudenim Balikpapan yang berada di Jalan Sosial, Lamaru, Balikpapan Timur sempat mencekam.

Aksi yang dilakukan pada WNA tersebut sudah dimulai sejak sore hari.

Awalnya mereka hanya melakukan protes menuntut agar diperbolehkan keluar, dan minta segera dipindahkan ke luar Balikpapan.

Baca: WNA Rusak Fasilitas Negara, Begini Respon Rudenim Balikpapan

Beberapa WNA membawa poster bertuliskan "Saya bukan Tahanan", "Kami Manusia, Kami Mau Bebas".

Para WNA tersebut ada yang sudah menghuni rudenim sejak 2014 dan selama itu diperlakukan sebagai tahanan yang dianggapnya tidak adil.

Poster-poster protes itu ditempel juga ditembok kamar.

Jelang tengah malam, tiba aksi unjuk rasa berubah jadi gaduh.

Baca: WNA Ngamuk, Ini Curahan Hati Kepala Rudenim Balikpapan

Sejumlah WNA mengamuk dan merusak fasilitas di rudenim.

"Ada 20 unit CCTV (kamera pengawas) yang mereka rusak," kata Kapolres Balikpapan AKBP Wiwin Fitra ketika dikonfirmasi di Balikpapan, Sabtu (21/4/2018).

Selain kamera pengawas, para penghuni rudenim juga merusak pintu-pintu blok ruangan dan tanaman di taman di halaman.

Sempat tenang sebentar, Sabtu (21/4) 01.00 Wita dini hari mereka kembali membuat keributan.

Mereka memukul galon dan beberapa benda sehingga menimbulkan suara gaduh.

Baca: Rudenim Gaduh, Warga Terganggu Aksi WNA yang Selalu Ribut Tiap Malam

Beberapa dari mereka juga berhasil melepas pintu blok kamar penampungan. Di tangan mereka siaga kayu panjang.

"Mereka juga ingin dipindahkan ke tempat lain di luar Balikpapan," kata Kapolres.

Pada 2015, sebagian dari mereka pernah menempati Rumah Jabatan Kepala Imigrasi Balikpapan di belakang Kantor Imigrasi, Jalan Jenderal Sudirman, Klandasan, Balikpapan.

Namun, karena jumlahnya yang cukup banyak dan bebas berkeliaran, mereka menjadi sumber keresahan warga setempat sehingga kemudian dipindahkan lagi ke Rudenim di Lamaru, Balikpapan Timur, sekitar 25 kilometer dari pusat kota Balikpapan.

Baca: BREAKING NEWS - WNA di Rudenim Balikpapan Ngamuk, Sejumlah Fasilitas Dirusak

"Keinginan kami sebenarnya sederhana saja, ingin menuju ke negara yang mau menampung kami karena di Afghanistan sudah tak ada harapan. Di Indonesia kami hanya transit," kata Abdullah, satu seorang penghuni Rumah Detensi asal Afghanistan.

Kebanyakan pengungsi itu menyebut ingin melanjutkan ke Australia, berimigrasi dan menetap di Negeri Kanguru itu.

"Namun, sekarang sudah empat tahun saya di Indonesia," kata Abdullah.

Untuk menguasai keadaan, Polres Balikpapan mengerahkan 180 personel dari berbagai kesatuan polisi dibantu TNI, termasuk Satpol PP dan relawan Palang Merah Indonesia (PMI) serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Menurut Kapolres AKBP Wiwin, keributan dan amukan tersebut untuk menarik perhatian umum akan kondisi para tahanan tersebut. Aksi perusakan adalah sebagai unjuk rasa.

Dari mediasi pihak terkait, terutama Imigrasi, melibatkan Kapolres dan International Organization for Migration (IOM) Balikpapan, diketahui keinginan para WNA tersebut.

Adapun tuntutan mereka antara lain ingin dibebaskan keluar masuk rumah detensi, artinya juga tidak diperlakukan sebagai tahanan.

Negoisasi, pihak Imigrasi dan IOM. Aspirasi dari mereka akan ditampung.

"Secepatnya akan dipindahkan secara bertahap. Bisa ke Medan, Surabaya atau tempat lain," sambungnya.

Fasilitas Negara

"Mereka sudah merusak fasilitas negara, bukan fasilitas rudenim," kata Kepala Rudenim Balikpapan, Irham Anwar.

Dari catatan rudenim, sebanyak 22 CCTV dalam kondisi rusak, bahkan 5 besi penyangga CCTV sengaja dibengkokkan.

Para WNA juga melakukan perusakan fasilitas di area taman hingga di dalam blok.

"Mereka bakar galon air. Taman dia rusak. Tong sampah dibakar. Kalau malam mereka pukul keras, seperti kerusuhan. Wajar masyarakat sekitar resah dan keberatan," ungkapnya.

Namun dari pantauan pihaknya, sebenarnya tak semua WNA yang melakukan aksi anarkis.

Dari pantauan CCTV, terekam hanya sekitar 50 sampai 60 orang.

"Berapa orang kita ajak diskusi dan curhat. Beberapa orang yang tak ikut demo, mereka dapat tekanan, bahkan ancaman," bebernya.

Mengapa WNA tak dipulangkan saja ke negara asalnya?

Secara pribadi Irham mengaku ingin mereka dikembalikan saja, apabila tak bisa diatur bahkan melakukan tindakan anarkis.

Namun dalam aturan IOM, WNA yang ditampung di Rudenim bisa dipulangkan dengan syarat atas kemauannya sendiri.

"Bukan upaya paksa pemerintah. Kalau dipaksa, pemerintah Indonesia harus membiayai kepulangan mereka. Sedangkan di satu sisi, 1 orang pemulangan sudah puluhan juta. Total seluruh indonesia imigran asing sebanyak 16 ribu," urainya.

Dari belasan ribu imigran asing ditampung di Rumah Detensi, memang ada saja yang nekat balik ke negaranya.

Namun mereka bisa dihitung jari, kebanyakan dari mereka ketakutan pulang ke negara asalnya. Lantaran tak aman, dan mendapat ancaman di negara mereka.

"Tapi saya heran di sini aman, kenapa mereka yang bikin rusuh. Sesuai HAM, kita penuhi makanan, air, tempat yang cukup, fasilitas kesehatan sudah semua," tuturnya sambil geleng-geleng kepala. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved