Edisi Cetak Tribun Kaltim
Tambang Dalam Kota dan Banjir Jadi Isu Debat; Paslon Saling 'Serang' Program
Meski tidak saling menyerang, namun dalam sesi ini, masing-masing paslon mencoba mematahkan program yang disampaikan kompetitor politiknya.
Penulis: tribunkaltim |
Baca: Ahmad Heryawan: Pak Jokowi Itu Presiden Semua Parpol di Indonesia, Termasuk PKS
Baca: Bupati Cantik dan Kaya Ini Gugat Cerai Suami, Terkuak Pengakuan Mengejutkan dari Suaminya
"Contoh saja, saya tak ingin lihat lagi Kaltim di SPBU antre. Padahal Kaltim sebagai produsen energi. Contoh saja, supaya masyarakat mengerti apa yang saya lakukan," ucap Isran Noor.
Jawaban Isran tersebut kemudian ditambahi wakilnya Hadi Mulyadi di detik‑detik akhir sisa waktu yang diberikan.
Menurut Hadi, ada tiga hal terkait SDA ini, pertama melakukan negosiasi dengan pusat, untuk pengelolaan yang tak untungkan daerah.
Kedua, kelola SDA dengan maksimal. Terakhir peningkatan SDM, sehingga SDM di Kaltim bisa mengelola SDA dan menjadi tuan di rumah sendiri.
Sementara paslon nomor urut 4 Rusmadi‑Safaruddin diberikan pertanyaan mengenai deforestasi 12 ribu hektere yang diakibatkan oleh tambang dan batu bara.
"Soal tambang ini, memang menjadi faktor deforestasi. Kaltim miliki 1.303 izin tambang. Ini soal penataan perizinan.
Baca: Menuju Pekan Ke-6, Berikut Klasemen Sementara Liga 1 2018, Ini Posisi Borneo FC dan Mitra Kukar
Baca: Bayern Muenchen vs Real Madrid: Jadi Penentu Kemenangan, Begini Ungkapan Perasaan Marco Asensio
Baca: Meski Terjadi Divestasi, Freeport McMoRan Tetap Ingin Jadi Pengendali Bisnis dan Kebijakan Keuangan
Saya saat membantu Pak Gubernur, sebagai Sekda, melakukan penertiban. Ada 807 IUP yang tak Clean and Clear. Sampai saya selesai, ada 407 IUP (yang distop). Ke depan ini tak bisa dibiarkan," kata Rusmadi.
Terakhir, pasangan nomor urut 1 Andi Sofyan-Rizal Effendi menanggapi pertanyaan panelis mengenai turunnya APBD Kaltim dari Rp 11 triliun menjadi hanya sekitar Rp 7 triliun.
"Selama Kaltim masih tergantungan ekonomi sektor tambang, minyak, gas dan batu bara, maka selama itu Kaltim tak bisa capai 5 persen pertumbuhan ekonomi. Kenapa? Karena tiga komodits ini harganya sangat labil.
Oleh karena itu, harus dilakukan hilirisasi. Kaltim miliki banyak sawit, tetapi ternyata sawit hanya sampai CPO, dikirim keluar. Di luar yang menikmati hasil, karena CPO diubah jadi minyak goreng, bio diesel dan lainnya," ucapnya.
