Gereja di Surabaya Dibom
Ngenes. . . Baru Turun dari Mobil, Ibu Ini Tergeletak Bersama Anaknya yang Tewas Terkena Bom
Bahkan Wenny juga tahu, detik-detik saat putranya yang berusia 11 tahun, Vincensius Evan, tergeletak bersamaan dengan bom meledak.
Barangkali orang awampun akan berpikir bahwa bom gereja di Surabaya pagi tadi itu linier dengan peristiwa antara napiter dengan polisi di Mako Brimob, Rabu kemarin.
Lalau bagaimana dengan analisa Ali Fauzi, sang mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) yang juga adik kandung sang Trio Bomber Bali.
Ditemui Tribunjatim.com Minggu (13/5/2018) siang ini, Manzi, panggilan lapangan Ali Fauzi saat di medan tempur mengungkapkan, bahwa insiden bom meledak di tiga gereja di Surabaya itu adalah bagian dari balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob.
Baca: AKBP Fachry: Warga Toleran Kunci Bulungan Tetap Aman dari Aksi Terorisme dan Paham Radikal
Munuculnya rekaman di video, Instagram yakni, nampak jelas bagaimana seorang anggota polisi menyuapi makan dengan kedua tangan diborgol pada napiter dalam bus perjalanan menuju Nusakambangan, itu menjadi penyulut kemarahan mereka yang sejalan dengan para napiter.
"Jadi kelompok ini sangat terprovokasi dengan video yang beredar luas itu," ungkap Ali Fauzi.
Kelompok teroris mana yang beraksi di Surabaya meledakkan bom di tiga gereja?
Baca: 5 Temannya Gugur, Begini Perlakuan Polisi kepada Napi Teroris, Bikin Nyesek!
Ali Fauzi memantapkan keyakinannya bahwa pelakunya adalah kelompok bergerak dalam medio 4 hingga 5 tahun yang lalu.
"Kelompok ini berafiliasi dengan ISIS," tandasnya.
Tapi mengapa yang jadi sasarannya gereja, Ali membeberkan, sesungguhnya aksi serupa pernah tahun 2000.
Dimana gerakan serentak saat itu ada di sembilan kota termasuk diantaranya di Batam, Pekanbaru, Mojokerto, Bandung, dan Jakarta dengan pengiriman 25 paket bom.
"Yang beda, modelnya antara dulu dan sekarang," katanya.
Dalam kejadian ini, menurut Ali Fauzi, polisi tidak berarti kecolongan.
Karena pada dasarnya polisi tahu akan ada balasan, hanya tidak diketahui pasti kapan dan dimana akan terjadi.
Negara manapun seperti bisa terjadi, termasuk di Amerika Serikat.
Jika kelompok teroris mendapat tekanan, maka yang di bawah akan bergerak.