Kisah Hatf Saiful, Bocah Asal Indonesia Jadi Petarung ISIS dan Tewas saat Bertempur di Suriah
Hatf Saiful saat usianya 11 tahun, dia mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah
Juru bicara Ibnu Mas'ud, Jumadi membantah sekolah tersebut mendukung ISIS atau kelompok Islam militan lainnya, atau mengajarkan interpretasi ekstrim atau ultra-kekerasan terhadap Islam.
Ibnu Mas'ud adalah satu dari sekitar 30.000 pesantren di seluruh Indonesia.
Jumadi mengatakan Hatf belajar di Ibnu Mas'ud.
Tetapi dia tidak tahu tentang kepergian bocah itu ke Suriah.
Dia mengaku tidak tahu adanya staf atau siswa yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, selain tiga guru dan satu siswa yang ditahan di Singapura pada 2016.
Baca: Pasca-Teror Bom, Begini Perlakuan Warga Lihat 2 Wanita Bercadar dan Pria Bercelana Cingkrang, Sedih!
Mustanah, mantan mahasiswa yang dideportasi dari Irak pada bulan Agustus, telah mengatakan kepada polisi bahwa beberapa mantan siswa dari Ibnu Mas'ud telah melakukan perjalanan ke Suriah.
Terletak di kaki Gunung Salak, sebuah gunung berapi yang tidak aktif, di desa Sukajaya, 90 km (55 mil) selatan ibu kota Indonesia, Ibnu Mas'ud terdiri dari kompleks ruang kelas, asrama dan ruang salat yang dapat menampung hingga 200 orang siswa dari sekolah dasar sampai SMP.
Menurut polisi dan pejabat pemerintah Indonesia, lembaga itu mendidik siswa dalam Islam dan mata pelajaran lainnya.
Namun beberapa terkait dengan ekstremisme dan bertindak sebagai pusat rekrutmen.
Kala itu, Kamaruddin Amin yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Islam di Kementerian Agama RI, mengatakan Ibnu Mas'ud tidak pernah terdaftar sebagai pesantren.
Bongkar Senapan Dalam 32 Detik
Pesantren memiliki akar yang dalam di Indonesia sejak beberapa abad lalu saat pesantren menjadi bentuk pendidikan utama bagi masyarakat miskin dan pedesaan.
Bahkan ketika sistem pendidikan Indonesia yang dimodernisasi dan sekolah sekuler yang dijalankan pemerintah diperkenalkan, pesantren yang sangat pribadi tetap menjadi penting.
Amin mengatakan kepada Reuters pada bulan Juli bahwa Kemenag sedang mengupayakan kebijakan baru untuk membakukan kurikulum di pesantren dan mengambil alih persetujuan mereka.
Belum ada kebijakan yang diumumkan.