Sempat Disangka Angka Setan, Beginilah Sejarah Nol dan Peran Ilmuwan Muslim

Meski nol tampak sederhana, penemuan dan pendefinisiannya kompleks dan memakan waktu ratusan tahun.

Supercoloring
Nol 

Buku itu mengulas nol sebagai bilangan tersendiri.

Nol sebagai bilangan yang nilainya sama dengan penjumlahan 2 dan -2. Karena buku itu, India kerap disebut sebagai bangsa pertama yang mendefinisikan nol.

Dr George Gheverhe Joseph, seorang matematikawan, menuliskan dalam bukunya The Crest of the Peacock; Non European Roots of Mathematics, bahwa India mendefinisikan nol pada tahun 458 Masehi.

Manuskrip Bhaksali yang diperkirakan berasal dari abad ketiga atau keempat juga terlacak menyebut soal nol.

Manuskrip tersebut ditemukan di ladang oleh petani pada tahun 1881.

Dalam bahasa India, nol disebut sunya, berarti kosong.

Lalu, menurut Hendra, bangsa India masih terus memperbarui perkembangan bilangan nol. Ini dibuktikan dengan kemunculan buku karangan Brahmagupta pada abad ketujuh, sekitar tahun 628 masehi.

“Buku Brahmasphutasiddanta mempelejari sifat-sifat bilangan termasuk angka nol. Nol sudah jadi unsur identitas,” ujarnya.

Baca: Masih jadi Anime Terpopuler di Amerika Serikat, Serial Sailor Moon Diangkat ke Layar Lebar

Nol sudah dioperasikan dalam perhitungan matematika. Contoh, nol tambah 10 menghasilkan 10.

Konsep nol lalu menyebar. Bangsa lain juga mulai mengenal nol sebagai bilangan.

Nol mulai populer di Baghdad pada tahun 773 masehi. Nol mewujud sebagai angka Arab, hasil adopsi dari sistem numerik India.

Angka nol makin terkenal berkat matematikawan Persia, Mohammed ibn-Musa al-Khowarizmi. Khowarizmi menyarankan penggunaan lingkaran kecil untuk menggantikan ketiadaan angka di posisi puluhan.

Simbol lingkaran kecil untuk nol diadopsi dunia secara luas sekarang. Masyarakat Arab mengenal nol sebagai sifr atau kosong.

Angka nol tersebut digunakan Khowrizmi untuk menciptakan teori aljabar pada abad kesembilan. Ia pun menggagas algoritma.

Angka nol mulai merambah benua Eropa sejak abad ke 13 semenjak popularitas Leonardo da Pisa.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved