Begini Suka Duka Petugas UPTD Saat Patroli di Tahura Bukit Soeharto
"Kalau hanya sedikit personel yang turun, mereka tidak takut. Apalagi personel kami tak pakai senjata api," kata Rusmadi.
Penulis: Rafan Dwinanto |
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUN KALTIM.CO, SAMARINDA - Tidak mudah menertibkan aktivitas ilegal di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto.
Ibarat benang kusut, hutan seluas lebih dari 60 ribu hektar itu punya banyak masalah yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) Bukit Soeharto, Rusmadi menuturkan, kawasan Tahura sudah dihuni masyarakat secara turun temurun.
"Pantai Tanah Merah di Samboja itu masuk kawasan Tahura. Di kawasan itu kan sudah jadi hunian ribuan masyarakat. Sudah ada listrik, jalan, dan semua fasilitas," kata Rusmadi, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (28/5/2018).
Selain masalah yang luar biasa kompleks, kata Rusmadi, keterbatasan personel dan anggaran juga jadi kendala upaya penertiban.
Sopir Kemudikan Mobil Sambil Live Facebook, Detik Maut Menjemput pun Terekam; 9 Nyawa Melayang
Duh, Seorang Ibu Tega Menjual Anaknya Seharga Rp 110 Juta, Duitnya Dipakai Membeli Make Up
Heboh Video ABG yang Menghina Dirinya, Begini Tanggapan Jokowi
Mau Bela Adiknya, Ramadhan Malah Kena Pukul dan Tusuk di Dagu dan Pinggang
Tak jarang, petugas UPTD yang menegur masyarakat mendapat ancaman kekerasan dari warga setempat.
"Pernah dulu Kepala UPTD kami menegur aktivitas penambangan pasir di Pantai Tanah Merah Samboja, tapi malah diancam pakai parang. Dan ini sering petugas kami alami. Karena kami dianggap akan mengambil piring nasi mereka," ungkap Rusmadi.
Terlebih patroli yang dilakukan UPTD paling banyak hanya melibatkan lima petugas tiap kali turun ke lapangan.
"Kalau hanya sedikit personel yang turun, mereka tidak takut. Apalagi personel kami tak pakai senjata api," kata Rusmadi.
Yang bisa dilakukan UPTD saat ini, kata Rusmadi, hanya terus mengingatkan masyarakat yang beraktivitas di Tahura, bahwa aktivitas tersebut ilegal.
UPTD hanya mencegah agar luasan hutan yang dirambah tak bertambah luas.
"Mengusir mereka itu hampir mustahil. Kita hanya ingatkan terus, kita kasih surat agar mereka tak buka lahan baru. Begitu mereka buka, ya kita tangkap. Karena sudah diperingatkan terus-menerus," tegasnya.
Soal tambang ilegal di Tahura, beberapa kali tim gabungan dari UPTD bersama Balai Gakkum dan kepolisian mendapati. Namun, tak ada pelaku yang ditemukan.
Baca juga:
Netizen Terharu Simak Kisah Alif, Bocah yang Sahur Nasi Garam; Sejak Usia 11 Bulan Yatim Piatu
Ormas di Jakarta Minta Uang THR kepada Perusahaan, Begini Respon Sang Gubernur
Imbas Kontak Fisik Berujung Cedera Salah, Ramos: Sepak Bola Mengajari Anda Hal Manis dan Pahit
Sebulan Viral, Petinggi PKS Tunjukkan Bukti Gerakan #2019GantiPresiden Galang Banyak Pendukung
"Contohnya begini. Kita dapat laporan, kita datangi. Ketemu galian dan alat berat. Tapi karena kami sedikit, kami pulang, dan lantas menyusun rencana penangkapan melibatkan berbagai pihak. Pas ke sana esok hari, alat berat sudah tak ada dan tak ada orang yang ditemui," kata Rusmadi.
Pelaku tambang ilegal juga biasa menyimpan alat beratnya di luar kawasan Tahura. Dan kembali beroperasi saat tak ada patroli.
"Tahura luasnya bukan main. Masuknya bisa lewat mana saja. Kami patroli paling setiap pekan. Personel kami hanya 25 orang. Tapi, walaupun terbatas, saya akan upayakan terus untuk menertibkan benang kusut di Tahura," ujar Rusmadi. (*)