Edisi Cetak Tribun Kaltim
Empat Bom Berdaya Ledak Tinggi Ditemukan di Pekanbaru, Targetnya Ledakkan Gedung DPR
Selain empat bom rakitan, dia mengatakan, polisi juga turut menyita sejumlah bahan peledak lain.
Penulis: tribunkaltim | Editor: Januar Alamijaya
Mabes Polri menepis anggapan penggerebekan di Unri tidak sesuai standar operasional prosedur. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan, penggerebekan dilakukan pada saat tidak aktivitas perkuliahan.
Baca: Dilamar Polisi, Vanessa Angel Beri Jawaban Begini
"Selain itu, seluruh barang bukti yang disita itu ada di dalam kampus, lingkungan kampus. Kan ada foto-fotonya, serbuk‑serbuk TATP (bahan peledak), panah dan lain‑lain. Itu ada di situ semua," kata Iqbal.
Para terduga teroris memanfaatkan praktikum laboratorium untuk membuat bom. "Kelompok mereka sangat berbahaya makanya harus menggunakan strategi khusus," ujarnya. Iqbal membantah penggerebekan itu merupakan suatu bentuk represi terhadap lingkungan kampus.
Berafiliasi ISIS
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Yudi Zulfahri, menyebut tiga terduga teroris yang ditangkap di Unri berafiliasi pada paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan pecahan‑pecahan, intinya kan sama. Mereka berafiliasi ke ISIS. Kita lihat dari target. Dia kan targetnya kantor DPRD. Ini jelas‑jelas adalah buah dari ideologi ISIS yang menganggap itu (institusi negara) sebagai thogut (setan)," kata Yudi, Minggu.
Ia menjelaskan target kelompok berideologi ISIS berbeda dengan kelompok teror lain seperti Al Qaeda atau Jamaah Islamiah (JI). Menurutnya, target Al Qaeda adalah Amerika dan sekutunya.
"Kalau ISIS ini kan doktrin kebencian dan permusuhannya memang ke pemerintah Indonesia. Mereka mengkafirkan setiap aparat atau pejabat pemerintah," kata Yudi.
Baca: Oknum Supporter Persija Jakarta dan Persebaya Bentrok, Sejumlah Fasilitas Stadion Sultan Agung Rusak
Menurutnya ada dua penyebab terjadinya hal tersebut yaitu kurangnya pengawasan terhadap unit kegiatan mahasiswa (UKM) sehingga mengarah ke paham ideologi radikal. Faktor kedua, adanya kelompok berpaham radikal yang beroperasi di kampus.
"Kelompok itu itu tidak mengajarkan ekstrimisme, pengkafiran, permusuhan tapi dia pokok‑pokok pemahamannya sama. Sehingga mahasiswa kalau sudah terkena paham agama seperti ini untuk dia bisa sampai ke radikal itu tinggal satu tingkat lagi," kata Yudi. (tribunpekanbaru/tribunnetwork/tim/nis)