Pilgub Kaltim 2018

Ramai Kabar Situs KPU Diretas, Timses Isran-Hadi: Bermartabatlah kalau Mau Menang!

Kalau ada seseorang yang menggunakan data hasil peretas, bisa diduga dia juga bekerja sama dengan peretas itu.

TRIBUN KALTIM / ANJAS PRATAMA
Zaenal Haq (memegang mic), Kabid Saksi dan Tabulasi paslon Isran Noor-Hadi Mulyadi. 

Video Eksperimen Sosial Penculikan Anak Diedit, Bikin Geger Publik hingga Berujung Pembunuhan

Riset Internal Tunjukkan Publik Butuh Figur Alternatif, Demokrat Makin Serius Bentuk Poros Ketiga

"Kan itu di hack. Sudah ditutup juga oleh KPU (situsnya). Itu tak masalah. Status hitung cepat KPU itu adalah data sekunder saja. Bukan data primer, yang merupakan data perhitungan suara melalui TPS, rekapitulasi di Kecamatan, naik ke kabupaten hingga ke provinsi. Kalau itu mau dihacking, mau diganti, tambah satu juta suara, silakan saja. Tak akan mempengaruhi," ucapnya. 

Ia pun heran, jika ada yang mengaku-ngaku unggul atas perubahan suara, yang justru diambil usai situs KPU diretas hacker

"Saya ketawa saja. Kok bisa-bisanya mengambil data usai di-hack. Di KPU sudah kami cek, dan hasilnya sesuai data kami. Ini kan data web yang terubah. Jadi, kalau mau menang itu bermartabatlah," ucapnya.

Disampaikannya lagi, perubahan suara ini juga dirasa aneh. Pasalnya, ada penurunan suara drastis untuk paslon Isran-Hadi. 

"Kami tak peduli amatlah. Kami ikuti dari proses C1, PPK dan lain. Kami cek tak ada yang menghawatirkan. Semua masih sesuai dengan data kami yang juga dihitung para saksi melalui form C1. Semua sama. Artinya, sejauh ini, tak ada masalah. Lucu lah, sore itu, Jumat (29/6/2018) teman-teman sudah capture (infopilkada), suara Pak Isran sudah 400 ribu sekian. Tiba-tiba habis maghrib kok tiba-tiba turun jadi 300 ribuan. Semua orang tahu, itu sesuatu yang tak lazim," ucapnya

Imbas dari hal itu, disebutnya busa saja ada penggiringan opini publik dengan dihacknya situs KPU info Pilkada tersebut. 

"Kalau membentuk opini, iya (paslon lain menang selain Isran).  Tetapi saya tidak menuduh ya. Kalau ada seseorang yang menggunakan data hasil peretas, bisa diduga dia juga bekerja sama dengan peretas itu. Seharusnya tak bisa digunakan data usai diretas dijadikan sebagai data. Itu data yang salah. Masa data yang salah dipakai?" ucap Zaenal. (*) 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved