Tuding Ada Kampanye Terselubung, Gerindra Yakin Kasus Lembaga Survei Akan Terulang Saat Pilpres
"Ini yang saya anggap bahwa sepertinya cara-cara praktik seperti ini akan dipraktikan dalam pilpres 2019," katanya.
TRIBUNKALTIM.CO - Partai Gerindra mengkritik sejumlah lembaga survei yang merilis hasil risetnya mengenai elektabilitas pasangan calon menjelang pemungutan suara Pilkada 2018.
Menurut Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani ternyata hasil survei tingkat elektabilitas yang dirilis sejumlah lembaga survei melenceng dari hasil Pilkada 2018.
Muzani menilai lembaga survei tersebut menggiring opini masyarakat dan telah menghakimi dan menghukum pasangan calon yang diusung partainya.
Ia menduga praktik serupa akan terulang pada Pilpres 2019.
Baca juga:
Soal Peretasan Website KPU, Begini Respon Polda Kaltim
Siap-siap! Besok PPDB SMA/SMK se-Kaltim Dimulai, Simak Pola Pendaftarannya
Kawasan Lamaru Dirancang Jadi Sentra Wisata Tematik Berbasis Kearifan Lokal
Soal Pemain Baru, Ini Jumlah yang Diinginkan Pelatih Borneo FC
"Ini yang saya anggap bahwa sepertinya cara-cara praktik seperti ini akan dipraktikan dalam pilpres 2019," katanya.
Menurut Muzani praktik lembaga survei yang melenceng jauh dari hasil sebenarnya tersebut membuat bingung dan mengganggu kebebasan rakyat untuk menentukan pilihannya.
"Dan bagian dari kampanye terselubung, gitu," ujarnya.
Merasa Diteror
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahamd Muzani mengatakan partainya merasa diteror dengan hasil sejumlah lembaga survei menjelang pemungutan suara Pilkada 2018.
Satu contohnya dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah dimana pasangan calon yang diusungnya, Sudirman Said dan Ida Fauziah diprediksi akan kalah jauh dari pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin.
"Survei ini dikeluarkan hari-hari terakhir, maka itu kami merasa ketika survei dilakukan kami merasa diadjust, diframing, bahkan diteror, termasuk dihukum, lu hanya sekian persen. itu menghukum partai pendukungnya, menghukum calon gubernurnya, dan pemilihnya,"ujar Muzani di Rumah Dinasnya, Jalan Kemang Selatan, Jakarta Selatan, Minggu, (1/7/2018).
Hampir seluruh lembaga survei menurut Muzani mengeluarkan hasil risetnya menjelang pemungutan suara bahwa pasangan Sudirman-Ida hanya akan mendapat 10 sampai13 persen.
"Namun apa yang terjadi pasangan tersebut mendapatkan 40 persen suara," katanya.
Padahal menurut Muzani survei yang dilakukan lembaga survei merupakan bagian dari keilmuan.
Namun lembaga survei dengan mudahnya berkilah bahwa melesetnya hasil survei karena mesin partai bekerja.
Baca juga:
Ditanya soal Rencana Pensiun dari Timnas Portugal, Begini Jawaban Cristiano Ronaldo
Soal Cawapres Jokowi, Ketua Progres 98 Sebut Mahfud MD Bisa Jadi Jalan Tengah dan Perekat Parpol
Diminta Bayar Uang Pengganti Rp 57 M, Anas Urbaningrum: Pakai Daun Jambu Sekebun Masih Tak Cukup
KPU Sebut Ada Serangan Hacker ke Situs Hitung Cepat, Begini Tanggapan Fadli Zon
"Ngelesnya seperti itu, lah ini kan engga ada akuntabilitas, engga ada akuntabilitas dan pertanggungjawaban intelektual, lah lu gimana masa kemarin pas survei ini kagak dibaca. begitu loh," katanya.
Karena itu, menurut Muzani hasil Pilkada 2018 tidak akan merubah keputusan partai Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres.
Menurutnya hasil Pilkada tidak menggambarkan hasil Pilpres nanti.
"Ya makin optimis, bahwa dari hasil pilkada itu kita makin optimis," katanya (Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gerindra Yakin Kasus Lembaga Survei Dalam Pilkada Akan Terulang Saat Pilpres 2019