Gempa dan Tsunami di Sulteng

Ribuan Orang Diperkirakan Masih Tertimbun di Balaroa dan Petobo, Ini Testimoni Warga yang Selamat

Fokus pencarian korban kini tertuju pada dua wilayah yang terdampak cukup parah, yakni Balaroa dan Petobo, di Palu.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Suasana Kampung Petobo pascagempa dan tsunami di kawasan Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10/2018). Petobo merupakan kawasan yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR) yang terjadi pada 28 September 2018. 

TRIBUNKALTIM.CO - Tim gabungan masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018.

Fokus pencarian korban kini tertuju pada dua wilayah yang terdampak cukup parah, yakni Balaroa dan Petobo, di Palu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga saat ini diperkirakan masih ada 5.000 orang yang tertimbun tanah di wilayah Balaroa dan Petobo.

"Jumlah itu menurut informasi yang disampaikan kepala desa. Tapi masih belum terverifikasi," ujar Sutopo dalam konferensi pers di Gedung BNPB Jakarta, Minggu (7/10/2018) seperti dikutip Serambinews.com dari Kompas.com.

Menurut Sutopo, ada 1.445 unit rumah di Balaroa.

Sementara, jumlah rumah yang rusak di Petobo diperkirakan ada 2.050 unit.

Luas wilayah Petobo 180 hektare.

Menurut Sutopo, sebagian besar wilayah Balaroa dan Petobo tertimbun lumpur.

Kondisi bangunan di permukaan telah rata dengan tanah.

Menurut Sutopo, Balaroa dan Petobo adalah dua wilayah yang terdampak Likuefaksi, di mana kondisi tanah berubah menjadi lumpur.

Proses pencarian terus dilakukan dengan bantuan 7 unit alat berat dan eskavator.

"Upaya terus dilakukan. Ditargertkan 11 Oktober sudah selesai. Kalau tidak ditemukan, nanti akan dibahas bersama. Apalagi tanggal 11 itu sudah dua pekan, sehingga sudah dinyatakan hilang," kata Sutopo.

Baca juga:
 

Hilang Ditelan Bumi

Lumpur yang keluar dari perut bumi telah menguburkan sebagian wilayah Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Anak dan neneknya belum ditemukan, Amir (35) hanya bisa memandang bukit lumpur yang tiba-tiba muncul ini.

"Sore itu saya lihat jalan aspal tiba-tiba menekuk-nekuk ke atas seperti gelombang laut disertai gempa yang mengguruh," kata Amir, Senin (1/10/2018).

 

 

Jalan aspal, lanjut dia, mulai terlihat berlipat dari arah pesantren, perlahan-lahan mendekat ke arah rumahnya.

"Gemuruh dan guncangannya seperti dunia ini mau kiamat," lanjut dia.

Halaman
123
Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved