Gempa dan Tsunami di Sulteng
Ribuan Orang Diperkirakan Masih Tertimbun di Balaroa dan Petobo, Ini Testimoni Warga yang Selamat
Fokus pencarian korban kini tertuju pada dua wilayah yang terdampak cukup parah, yakni Balaroa dan Petobo, di Palu.
TRIBUNKALTIM.CO - Tim gabungan masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018.
Fokus pencarian korban kini tertuju pada dua wilayah yang terdampak cukup parah, yakni Balaroa dan Petobo, di Palu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga saat ini diperkirakan masih ada 5.000 orang yang tertimbun tanah di wilayah Balaroa dan Petobo.
Menurut Sutopo, ada 1.445 unit rumah di Balaroa.
Sementara, jumlah rumah yang rusak di Petobo diperkirakan ada 2.050 unit.
Luas wilayah Petobo 180 hektare.
Menurut Sutopo, sebagian besar wilayah Balaroa dan Petobo tertimbun lumpur.
Kondisi bangunan di permukaan telah rata dengan tanah.
Menurut Sutopo, Balaroa dan Petobo adalah dua wilayah yang terdampak Likuefaksi, di mana kondisi tanah berubah menjadi lumpur.
Proses pencarian terus dilakukan dengan bantuan 7 unit alat berat dan eskavator.
"Upaya terus dilakukan. Ditargertkan 11 Oktober sudah selesai. Kalau tidak ditemukan, nanti akan dibahas bersama. Apalagi tanggal 11 itu sudah dua pekan, sehingga sudah dinyatakan hilang," kata Sutopo.
Bermarkas di Balikpapan, Viking: Saksi Sejarah Persib Bandung Bakal Juara di Tanah Borneo
Fadli Zon Kirim Pertanyaan Terbuka ke Lagarde soal Manfaat Pertemuan IMF-World Bank bagi RI
Hilang Ditelan Bumi
Lumpur yang keluar dari perut bumi telah menguburkan sebagian wilayah Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Anak dan neneknya belum ditemukan, Amir (35) hanya bisa memandang bukit lumpur yang tiba-tiba muncul ini.
"Sore itu saya lihat jalan aspal tiba-tiba menekuk-nekuk ke atas seperti gelombang laut disertai gempa yang mengguruh," kata Amir, Senin (1/10/2018).
Jalan aspal, lanjut dia, mulai terlihat berlipat dari arah pesantren, perlahan-lahan mendekat ke arah rumahnya.
"Gemuruh dan guncangannya seperti dunia ini mau kiamat," lanjut dia.