Breaking News

Gempa dan Tsunami Sulteng

Kisah Ramna, Korban Gempa Palu yang Selamat dari Likuefaksi, Selamat Karena Dimuntahkan Bumi

Ramna mengira akan mati tertelan bumi saat gempa Palu bermagnitudo 7,4. Namun ia masih diberi kesempatan untuk meneruskan kehidupan ini.

Editor: Doan Pardede
KOMPAS.com/ROSYID AZHAR
Ramna (33) warga Petobo Kota Palu sedang mencuci alat masak di pengungsian. Ia selamat dari bencana likuefaksi setelah dimuntahkan bumi. 

Di dalam puing ini ia tidak sendiri, ada Rollly (39), anak Harina dan Vini (16) anak Ramna yang tinggal dengan neneknya.

“Rolly memang cacat sejak lama, ia tidak bisa apa-apa dalam menghadapi bencana ini,” tutur Ramna.

Terjebak dalam puing-puing rumah membuat Harina, Rolly dan Vini tidak bisa apa-apa meskipun mereka berusaha keras ingin keluar dari himpitan beton.

Besok ke Palu, Kapolri dan Panglima TNI Singgah di Balikpapan

Gempa Hari Ini, Donggala Diguncang Gempa 4,0 SR Pukul 09.06 WIB

Yang tragis adalah, saat terhimpit reruntuhan rumah, ketiga korban bersama material yang menghimpitnya ini hanyut terbawa arus lumpur ke bagian bawah.

Untunglah posisi puing berada di bagias atas sehingga mereka tidak tertimbun lumpur dan puing lainnya.

Malam itu Arifin, anak Harina yang menjadi suami Ramna mencari mereka dalam lumpur yang masih basah.

Bersama warga lainnya mereka menyisir puing-puing bangunan yang bercampur lumpur.

Suara erangan kesakitan dan minta tolong bergema di mana-mana, semua berusaha menolong apa yang bisa diselamatkan.

“Saya dapatkan ibu terjebak dalam reruntuhan, ia tidak bisa keluar karena kaki dan badannya terjepit,” kata Arifin.

Rolly dan Vini lebih dulu dievakuasi, dan segera mendapatkan perawatan di tempat yang lebih baik.

Namun nenek Harina masih harus berjuang untuk bisa keluar dari kubangan lumpur yang nyaris menenggelamkan seluruh tubuhnya.

“Ibu saya badannya gemuk, sudah tua, ia sangat lemah,” tutur Arifin.

Jumat malam itu Arifin sekuat tenaga menyingkirkan beton yang menghimpit ibunya, tidak mudah bagi Arifin, apalagi lumpur cair mengubur sebagian besar tubuh orang yang sangat dicintainya ini.

“Dalam fikiran, saya harus menyelamatkan ibu, saya rela mati untuk ibu saya, apapun akan saya lakukan,” tutur Arifin di pengungsian.

Dengan berbagai alat yang dipunyai, ia membongkar sedikit demi sedikit material beton yang mengurung ibunya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved