UGM Ajak Generasi Z Mengenal Alam Melalui Gadget
Dari hasil praktek ini, siswa dapat mengamati secara real-time kandungan air dalam tanah.
TRIBUNKALTIM.CO - Tidak dipungkiri bahwa saat ini, kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari peran gadget dan internet.
Hal ini terutama dirasakan oleh generasi Z, yaitu remaja yang lahir diatas tahun 2000-an, dimana waktu mereka banyak dihabiskan di dunia virtual dengan berbagai macam opsi media sosial yang tersedia.
Ketergantungan kalangan remaja terhadap gadget membuat banyak guru khawatir jika anak didik mereka menjadi kurang peka terhadap kondisi alam dan lingkungan di sekitar mereka.
Padahal, kepekaan dan kepedulian generasi muda akan menjadi kunci dalam menghadapi permasalahan global di masa mendatang, terutama tantangan perubahan iklim.
Baca juga:
Inilah 5 Momen Kontroversi Sepanjang Sejarah Piala AFF - Timnas Garuda Dua Kali Terlibat
BREAKING NEWS - Jadwal Balapan MotoGP Malaysia 2018 Hari Minggu Dimajukan Dua Jam
Kronologi Penyelam Evakuasi Lion Air PK-LQP JT 610 Syachrul Anto Dinyatakan Meninggal Dunia
Ada Mandau Raksasa di Festival Mahakam; Ini Rata-rata Harga Jual Mandau Tampilan
Untuk menjawab permasalahan tersebut, UGM bekerja sama dengan Yayasan Sagasitas Indonesia, memberikan pembinaan dan pembekalan bagi generasi muda untuk dapat mengenal alam dengan memanfaatkan teknologi gadget.
Program pengabdian yang dikemas dalam skema Education for Sustainable Development ini telah dilakukan sejak April lalu dengan menggaet komunitas Peneliti Remaja dan Guru Pembimbing KIR di Yogyakarta.
Program dimulai dengan sosialisasi dan diskusi dengan Guru Pembimbing KIR se-DIY yang dilakukan pada pameran Sagasitas Research Exhibition yang diselenggarakan pada bulan Juli 2018.
Pada kegiatan ini, ratusan judul penelitian siswa ditampilkan kepada umum.
Pada kesempatan tersebut, Matin Nuhamunada, M.Sc., dosen Fakultas Biologi UGM, memberikan sosialisasi kepada guru pembimbing mengenai metode inovasi Design Thinking yang dapat membantu siswa mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi dalam proses penelitian remaja.
Baca juga:
Khabib Nurmagomedov: Laga UFC 229 Sukses Besar, McGregor Pantas Dapat Penghargaan
Inilah 5 Kontroversi yang Melanda Skuat Garuda Jelang Perhelatan Piala AFF 2018
Kualifikasi MotoGP Malaysia 2018 - Meski Terjatuh, Marquez Amankan Pole Position Ungguli Rossi
Firza Andika Berangkat ke Belgia, Pelatih PSMS Medan Kecewa Berat
Puncak kegiatan dilaksanakan pada Jumat (26/11/2018) di SMAN 2 Playen, Gunungkidul, Yogyakarta dan diikuti oleh 50 siswa dan 35 guru se-Kabupaten Gunungkidul.
Pembinaan mengambil tema “Implementasi Lifelong Learning melalui Design Thinking dalam menghadapi Perubahan Iklim di Era Disrupsi Teknologi”.
“Kami harap generasi Z dapat menggunakan teknologi yang mereka miliki dengan bijak. Melalui pendekatan Design Thinking, kami ingin mengajak siswa untuk mengasah kemampuannya dalam mengidentifikasi masalah di sekitar, bertanya, dan mencari solusi cerdas yang dapat diimplementasikan secara langsung melalui program penelitian remaja”, ujar Matin Nuhamunada, M.Sc. selaku ketua tim pelaksana.
Selain dibekali dengan metode untuk berinovasi, siswa juga diberikan pengayaan mengenai dampak perubahan iklim terhadap kehidupan sehari-hari.
Materi tersebut disampaikan oleh Thoriq Teja Samudra, M.Sc. yang merupakan Dosen Program Studi Bioteknologi, UNISA.
“Saya harap, adik-adik mulai mengenal dan sadar akan dampak perubahan iklim global terhadap kehidupan mereka di masa depan.”, ujar Thoriq, dalam rilis yang dikirimkan pada Tribunkaltim.co.
Program diakhiri dengan praktek menggunakan teknologi Arduino bersama Jaler Sekar Maji, S.Si., lulusan ELINS UGM yang juga alumni Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia.
Pada kesempatan ini, Jaler mengajak para siswa untuk mencoba mengukur kelembaban tanah dengan menggunakan sensor yang dikoneksikan dengan Arduino.
Dari hasil praktek ini, siswa dapat mengamati secara real-time kandungan air dalam tanah.
Diharapkan, konsep ini dapat digunakan siswa Gunungkidul untuk mengembangkan sistem pertanian pintar yang lebih hemat air.
Melalui program project-based learning ini, siswa dikenalkan dengan Arduino dan bagaimana mereka dapat menggunakan berbagai sensor untuk berinteraksi dengan alam di sekitar mereka dengan menggunakan teknologi dan gadget.
Diharapkan, siswa mampu menjadi lifelong learner dengan menggunakan metode Design Thinking dan mampu menggunakan teknologi untuk berkenalan lebih dekat dengan alam. (*)