Merangkai 400 Kubik Ulin untuk Senyum Warga Melintang

Ulin berasal dari pohon ulin yang merupakan tanaman khas Kalimantan. Ulin dikenal sebagai kayu besi karena memiliki karakteristik yang keras dan berat

Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Januar Alamijaya
HO Humas Kodim Tenggarong
Personel Kodim 0906/Tenggarong menanam tiang pancang jembatan di kawasan Danau Melintang yang berlumpur. Pada musim kemarau, wilayah perairan danau surut dan sebagian besar kering 

TRIBUNKALTIM.CO - Empat bocah asal Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, mengayuh sepeda mereka kuat-kuat menyusuri jembatan kayu ulin yang membelah Danau Melintang.

Wajah mereka berseri-seri penuh semangat menikmati udara senja. Roda sepeda berputar cepat menggilas papan lantai jembatan. Jembatan ulin ini dibangun para personel TNI dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0906/Tenggarong bersama warga Melintang lewat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-103 tahun 2018.

Selama 2 bulan mereka membangun jembatan ulin dari mulai penanaman tiang pancang, pemasangan palang kayu atau suai dan pemasangan papan lantai jembatan. Sesuai Rencana Anggaran Biaya (RAB), pembangunan jembatan sepanjang 1.100 meter dan lebar 4 meter ini membutuhkan 400 meter kubik kayu ulin.

TNI dan warga bergotong royong memasang papan kayu jembatan di Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis, Kukar, dalam kegiatan TMMD ke-103 tahun 2018
TNI dan warga bergotong royong memasang papan kayu jembatan di Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis, Kukar, dalam kegiatan TMMD ke-103 tahun 2018 (HO Humas Kodim Tenggarong)

Ulin berasal dari pohon ulin yang merupakan tanaman khas Kalimantan. Ulin dikenal sebagai kayu besi karena memiliki karakteristik yang keras dan berat.

Kayu ini memiliki keunggulan tahan terhadap suhu, kelembaban, air dan anti serangan rayap. Warga kerap menggunakannya sebagai bahan bangunan untuk rumah panggung dan jembatan, terutama di area pinggiran sungai, danau dan rawa. Namun keberadaan ulin saat ini kian langka. Bukan persoalan gampang mendapatkan 400 meter kubik kayu untuk pembangunan jembatan yang ditargetkan rampung 2 bulan.

Baca: Mortir 180 Cm Ditemukan di Pemukiman Warga di Sangatta

“Kami cari ulin sampai ke Kutai Barat dan Kutai Timur,” kata Komandan Kodim 0906/Tenggarong, Letnan Kolonel Czi Bayu Kurniawan didampingi Perwira Seksi Teritorial (Pasiter) Kodim 0906/Tenggarong, Kapten Chb Dodi Rosadi. Selain itu, lokasi kegiatan TMMD susah dijangkau lewat akses jalan darat.

Desa Melintang termasuk kawasan terisolasi yang dikelilingi sungai dan danau. Luas wilayahnya mencapai 10 km2 dan dihuni 495 kepala keluarga atau sekitar 2.700 penduduk. Sebagian besar mereka berprofesi sebagai nelayan. Selama ini warga mengandalkan sarana transportasi air, seperti perahu ces atau ketinting, untuk akses sehari-hari.

Ketersediaan bahan baku dan medan yang sulit menjadi tantangan tersendiri bagi personel TNI dalam membangun jembatan.

Pengiriman kayu dari luar daerah diangkut kendaraan lewat jalur darat menuju Kecamatan Kota Bangun. Perjalanan dari Kota Bangun ke Melintang ditempuh menggunakan kapal feri kayu yang memakan waktu sekitar satu jam, namun jika kondisi air danau surut karena kemarau seperti sekarang maka perjalanan bisa tembus 1,5 jam. Kapal hanya bisa melintasi perairan Sungai Mahakam dan Danau Semayang. Kondisi air Danau Semayang yang surut membuat muatan kayu harus dikurangi.

“Kapal feri hanya mampu memuat 3 kubik kayu,” tuturnya.

Para personel TNI dari Kodim 0906/Tenggarong makan bersama warga Desa Melintang di atas jembatan yang baru dibangun. Suasana penuh keakraban terjalin erat di antara mereka
Para personel TNI dari Kodim 0906/Tenggarong makan bersama warga Desa Melintang di atas jembatan yang baru dibangun. Suasana penuh keakraban terjalin erat di antara mereka (TRIBUN KALTIM / RAHMAD TAUFIK)

Kapal pengangkut kayu hanya bisa membawa muatan sampai Desa Semayang. Kapal besar tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Melintang karena kondisi sebagian besar perairan di Danau Melintang kering, namun ada sisa alur danau terdalam yang dibuat warga agar bisa dilintasi perahu ces.

Tiba di Semayang, beberapa perahu ces milik warga Melintang merapat ke kapal pengangkut kayu. Muatan kayu dilangsir ke perahu ces untuk dibawa ke Melintang. Satu perahu ces mengangkut 7-10 batang kayu. Perahu ces menepi di dekat perkampungan warga Melintang. Selanjutnya kayu diangkut menggunakan mobil single cabin ke lokasi pembangunan jembatan di kawasan Danau Melintang. Dasar danau yang kering ini bisa dilintasi mobil dan motor.

Kondisi air danau yang kering juga memudahkan penanaman 2.640 tiang pancang jembatan. Tinggi tiang pancang bervariasi 2-6 meter.

Baca: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Pahlawan 10 November, Cocok Dibagikan ke Media Sosial

Pekerjaan ini melibatkan 115 personel di lapangan, termasuk gabungan TNI Angkatan Laut dan polisi. Mereka kerja tak kenal waktu, terkadang lembur sampai malam.

Terik matahari yang menyengat di siang hari tak membuat semangat mereka kendur. Dalam waktu hanya sebulan penanaman tiang pancang jembatan telah rampung. Selanjutnya, mereka memasang suai dan papan lantai jembatan.

“Tiap hari kami mampu memasang 12 kubik papan kayu atau sekitar 100 meter untuk lantai jembatan,” katanya. Puluhan warga ikut membantu mengetam dan memaku papan kayu dengan membawa peralatan sendiri. Sekitar 2 minggu papan lantai jembatan sudah terpasang semua. Lantai ulin jembatan membentang sepanjang 1.100 meter.

Lewat pembangunan jembatan ini, TNI berkomitmen untuk membuka keterisolasian warga Melintang yang dialami sejak ratusan tahun silam. Jembatan baru ini menjadi akses terdekat ke Desa Sebemban.

Dari Desa Sebemban ke Kantor Camat Muara Wis hanya berjarak 5 kilometer, sedangkan jarak Melintang ke Sebemban mencapai 7 kilometer. Keberadaan jembatan sebagai penghubung akses jalan darat memberikan keuntungan strategis dan ekonomis bagi warga Melintang.

Kades Melintang Muhdi mengatakan, jembatan ini sudah lama dinantikan warga Melintang. Selama ini warganya menggunakan perahu ces ke Sebemban hingga memakan waktu sekitar 1 jam, belum lagi kalau kondisi air danau surut. “Dengan adanya jembatan ini, kami bisa mencapai Desa Sebemban paling cepat 15 menit,” ujar Muhdi.

Biaya pengeluaran warga jauh lebih irit. Kalau naik perahu ces ke Kantor Camat, warga perlu 4 liter bensin yang harganya Rp 40 ribu. Jika kondisi danau surut, maka biaya bensin membengkak Rp 200 ribu karena perahu mereka harus memutar jauh agar tak kandas. “Kalau pakai motor lewat jembatan, satu liter bensin pun tak akan habis pulang-pergi ke Kantor Camat,” tuturnya.

Alkan, nelayan Melintang, mengaku senang ada jembatan baru di desanya. “Luar biasa. TNI mewujudkan impian kami sejak lama,” katanya. Jembatan ini memudahkan akses lewat jalan darat. Ia bisa memasarkan hasil tangkapan ikannya ke Kota Bangun dengan harga jual lebih tinggi dibandingkan ke pengepul di kawasan Melintang. Harga jual ikan gabus di Kota Bangun mencapai Rp 40 ribu/kilogram, sedangkan harga paling tinggi di pengepul Rp 25 ribu/kilogram. Kota Bangun siap menampung ikan segar tangkapan nelayan untuk dijual ke pasar Samarinda. “Saat musim ikan melimpah, harga jualnya malah turun di sini. Dengan adanya jembatan, kami bisa lebih mudah jual ikan ke Kota Bangun,” ucap Alkan yang sehari dapat penghasilan Rp 50 ribu-Rp 200 ribu dari hasil tangkapan ikan.

Tiap sore jembatan baru di Desa Melintang ini digunakan anak-anak bermain sepeda
Tiap sore jembatan baru di Desa Melintang ini digunakan anak-anak bermain sepeda (TRIBUN KALTIM / RAHMAD TAUFIK)

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Kukar Edi Damansyah sangat mendukung kegiatan TMMD di Desa Melintang. Ia mengemukakan, pembangunan jembatan ini dapat mendorong percepatan pembangunan, meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warga Melintang.

Mereka bisa memasarkan hasil perikanan dengan mudah karena akses jalan darat sudah tembus.

“Jembatan ini juga memperlancar alur distribusi barang, seperti sembako, sehingga harganya tetap stabil,” tutur Edi.

Dalam kondisi danau surut atau kering, kapal pengangkut sembako tidak bisa menjangkau sampai ke Melintang. Kondisi ini berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok.

Lewat kegiatan TMMD ini, Kodim 0906/Tenggarong juga melaksanakan berbagai kegiatan nonfisik, seperti pengobatan massal, penyuluhan tentang narkoba, pemahaman wawasan kebangsaan dan antiradikalisme, serta pengecatan dan rehabilitasi rumah warga yang rusak di Desa Melintang.

Sedangkan program TMMD di Desa Melintang ini sejalan dengan program Nawa Cita Presiden Jokowi, yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved