Kuliner Lukusan dalam Ritual Ngaping Umaa’ Warga Mahulu, Begini Keistimewaannya
Setiap pagelaran Tutung dan Ngaping Umaa’ biasanya tidak pernah lupa adanya sajian kuliner khas masyarakat setempat.
Penulis: Budi Susilo |
Beras yang digunakan berasal dari hasil bumi petani Long Bagun, padi gunung yang sangat berbeda dengan beras pada umumnya.
Persib Bandung vs Perseru Serui, Torehan Positif Victor Igbonefo Ternoda di Pekan ke-32 Liga 1 2018
Beras padi gunung Long Bagun menghembuskan aroma wangi saat diolah dalam Lukusan.
“Sudah jadi nasi, aromanya sedap, wangi-wangi begitu. Dari beras tanam daerah sini. Pulen enak,” kata Lawing, pria berkulit putih ini yang telah berusia 68 tahun.
Selain Lukusan, jenis masakan lain yang menggunakan bambu petung ialah Lohoq.
Bedanya dengan Lukusan, Lohoq ini berisi lauk-pauk untuk pelengkap makan nasi saat ritual adat seperti Ngaping Umaa’.
Lawing menguraikan, isi bambu dalam Lohoq ini bisa sayur-mayur seperti di antaranya ada labu, daun pepaya yang disertai rempah-rempah ketupang, kunyit, daun serai dan hungan.
“Sesuai selera masing-masing. Sayur apa saja bisa, dicampur-campur,” ujarnya.
Tidak hanya sayur-mayur yang ditaruh dalam Lohoq, kadang lauk pauk seperti daging ayam, daging babi atau daging lainnya bisa menjadi olahan makanan.
Untuk memberikan rasa asin, biasanya menggunakan Henyaq, sejenis garam.
Namun untuk zaman sekarang ini, tidak lagi repot mencari henyaq sebab sudah banyak warung yang menjual garam-garam hasil pabrikan.
Diduga Depresi, Pria Sangatta Nekat Akhiri Nyawa di Plafon Rumah
Orang dahulu kala bila ingin mencari rasa asin harus ke gunung dahulu mengolah sendiri menjadi Henyaq.
“Mengambil air yang rasanya asin di gunung, di sini ada. Air asin ini dimasak sampai mendidih dan mengering hingga sampai membentuk serbuk. Serbuk-serbuk ini yang kami jadikan penyedap rasa asin di makanan yang kami olah,” ungkapnya.
Menyantap Lukusan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh warga Ujoh Bilang dan Long Melaham yang hadir dalam ritual Tutung dan Ngaping Umaa’ yang dilaksanakan di bawah tenda terpal biru, pinggir Jl Poros Mahulu-Kubar, kawasan Sungai Tikah Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun. (*)