Begini Peluang Kain Tenun Ulap Doyo di Pasar Internasional Menurut Desainer Kenamaan Vivi Zubedi

Menurut Vivi, produk hand made (buatan tangan), memiliki tempat di pasar internasional.

Penulis: Rafan Dwinanto |
TRIBUN KALTIM / NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Kadispariwisata Kabupaten Kukar, Sri Wahyuni, perancang busana Vivi Zubedi (kanan) menjadi pembicara talkshow the Art Of Ulap Doyo di Atrium Big Mall Samarinda, Sabtu( 1/12/2018). Kain Ulap Doyo asli Kaltim memiliki atraksi dan potensi luar biasa untuk dunia fashion, terutama bagi generasi milenial. 

Legowo Aksi Kontemplasi di Monas Ditunda, Kapitra Ampera Doakan Reuni 212 Besok Sukses

Berambisi Dominasi Olahraga Bela Diri, Kini Presiden UFC Dana White Ingin Tangani Tinju

Presiden ke 41 Amerika Serikat George HW Bush Meninggal Dunia di Usia 94 Tahun

"Kita harus kreatif dan terus buat produk. Mungkin bisa dikombinasikan dengan bahan lain supaya bisa diterima pasar yang lebih luas," ucapnya.

Yang tak kalah penting, kata Vivi, adalah konsistensi dari perajin itu sendiri.

Vivi mengaku pernah mendapatkan tawaran dari pasar internasional yang memegang beberapa brand dunia.

Saat itu, Brand Vivi Zubedi berbahan kain Tenun Sasirangan, diminta ikut berdampingan di pasar internasional.

Sayang, perajin lokal yang memproduksi kain tersebut, tak sanggup memenuhi produksi yang diminta.

"Bayangkan, produknya akan disandingkan dengan merk terkenal seperti Gucci dan merk ternama lainnya. Saya telepon perajinnya, tapi tanggapan dia biasa saja. Perajin itu bilang dia baru bisa menenun lagi bulan depan. Itu pun hanya satu dua kain saja. Kesamaan motif yang diminta juga tak disanggupi. Akhirnya, saya bilang ke pemesan, saya belum bisa penuhi," urai Vivi.

Yang tak kalah penting, kata Vivi, para perajin harus menjaga kualitas produknya.

"Banyak perajin kita yang tak berpikir panjang. Padahal, kalau mau dikenal harus konsisten. Kualitas juga harus dijaga. Tidak lantas karena hand made, kualitas tak dijaga. Itu salah," tutur Vivi.

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata, Kutai Kartanegara, Sri Wahyuni, menuturkan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menetapkan Ulap Doyo sebagai warisan budaya non benda dari Kaltim.

Dengan demikian, menjadi kewajiban semua pihak untuk menjaga warisan budaya non benda ini, agar tak punah.

"Ulap Doyo ini kan buatan masyarakat Benuaq asalnya dari Kukar dan Kubar. Tapi, karena ini ditetapkan sebagi warisan budaya non benda dari Kaltim, harusnya ada regulasi agar Ulap Doyo ini juga jadi fashion resmi di 10 Kabupaten/Kota di Kaltim. Tidak hanya di Kukar. Sebab, sebelum kita memerkenalkan ke dunia internasional, tentunya kita sendiri, warga Kaltim, harus mengenalnya," ujar Sri. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved