Mancanegara

Bentrokan, Massa Rompi Kuning Hadapi Mobil Lapis Baja dan Gas Air Mata

Kami menghadapi orang yang tidak hanya berunjuk rasa, tetapi juga merusak sesuatu. Kami memastikan mereka tak bakal meninggalkan tempat ini

AFP
MOBIL LAPIS BAJA - Inilah Berliet VBX-170 atau VBRG, kendaraan lapis baja yang dikerahkan untuk menghadapi massa pergerakan rompi kuning. 

TRIBUNKALTIM.CO, PARIS - Pemerintah Perancis dilaporkan mengerahkan kendaraan lapis baja yang dikerahkan ke medan perang untuk menghadapi massa rompi kuning.

Perdana Menteri Edouard Philippe mengatakan, pasukan keamanan berniat untuk menerjunkan puluhan kendaraan militer Berliet VXB-170.

Diwartakan Newsweek pada Jumat (7/12), pengerahan VXB-170 itu juga ditambah dengan 8.000 personel Gendarmerie serta kepolisian.

Baca: Liverpool Menang Besar di Markas Bournemouth, Klasemen Liga Inggris Berubah

Kepada TF1, Philippe menekankan, terjadinya penjarahan dan perusakan fasilitas umum menjadi pertimbangan pemerintah terpaksa mengerahkan kendaraan tersebut.

"Kami menghadapi orang yang tidak hanya berunjuk rasa, tetapi juga merusak sesuatu. Kami memastikan mereka tak bakal meninggalkan tempat ini," ancamnya.

Baca: Akun IG Ahmad Dhani Disita Polisi, Al Ghazali Beberkan Sang Ayah Bikin Akun Instagram Baru!

Kendaraan yang oleh Gendarmerie Perancis dikenal sebagai VBRG itu merupakan kendaraan angkut personel dan pertama kali dipakai pada 1975. Kementerian Pertahanan menjelaskan, VBRG bisa digunakan dalam operasi penegakan hukum di internal negara maupun misi kontra-terorisme.

Dalam situs resmi Kemenhan Perancis, VBRG diklaim sukses menjalankan operasi gabungan selama Perang Kosovo maupun perang sipil pertama di Pantai Gading.

Kendaraan itu mampu membawa senapan mesin kaliber 7,62 mm, peluncur granat 40 mm, maupun pisau seperti bulldozer.

Baca: Relasi Malaysia-Singapura Memanas; Setelah Urusan Cendol, Keduanya Saling Klaim Wilayah Teritorial

VBRG boleh dikatakan jarang berada di jalanan kota besar. Terakhir kali Perancis menerjunkannya pada April lalu di Notre-Dame-des-Landes. Saat itu, mereka melakukan evakuasi paksa aktivis jongkok, serta kerusuhan yang melanda Paris dan daerah sekitarnya pada 2005.

Perancis dilaporkan sering menghadapi aksi demonstrasi. Namun pergerakan giles jaunes (rompi kuning) merupakan yang terburuk dalam 50 tahun terakhir. Pergerakan yang berawal dari keputusan Presiden Emmanuel Macron menaikkan harga bahan bakar berdampak kepada desakan supaya dia mundur.

Baca: Persija Jakarta Vs Mitra Kukar - Macan Kemayoran Minus 1 Pemain pada Laga Pamungkas

Polisi antihuru-hara Paris, Perancis, juga menembakkan gas air mata ketika demonstrasi yang dilakukan massa rompi kuning kembali terjadi. Dilaporkan Russian Today pada Sabtu (8/12/2018), massa yang berkumpul di kawasan ikonik Champs-Elysees terlibat bentrok dengan polisi pukul 10.00 waktu setempat.

AFP mewartakan, gas air mata itu ditembakkan untuk mendesak massa rompi kuning yang sudah berada di monumen Arc de Triomphe dan kawasan perbelanjaan supaya mundur.

Dari video yang beredar, sejumlah massa berlari mundur sembari menutupi mukanya akibat terkena gas air mata dari kepolisian. Mereka ada yang harus berdiri di sudut bangunan sembari terbatuk-batuk.

Baca: 5 Fakta Terkini soal Pembantaian Pekerja di Papua; Zona Merah KKB hingga Ancam Warga Sipil

Bahkan, ada salah satu pengunjuk rasa yang terbaring di jalanan. Polisi total telah menahan 481 demonstran dengan 34 di antaranya membawa ketapel, palu, atau batu yang bakal digunakan untuk menyerang aparat.

Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner menyatakan berharap massa yang datang bakal sedikit. Meski begitu, dia mewaspadai terhadap kelompok ultras di dalamnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved