Tsunami Banten dan Lampung

Kenapa Potensi Tsunami Banten dan Lampung tak Terdeteksi ? Ini Penjelasan BNPB

Sebelumnya juga tak ada gempa yang dirasakan, berbeda dengan kejadian tsunami yang diawali gempa seperti tsunami Aceh 2004 dan tsunami Palu-Donggala.

Instagram.com/sekolahrelawan
Foto setelah bencana tsunami di Banten dan Lampung (22/12/2018) 

Dengan demikian menurut Rahmat Triyono, buoy dapat mengetahui langsung secara aktual data di lapangan.

Buoy sangat penting untuk membuat keputusan peringatan dini tsunami yang memberikan waktu bagi warga pesisir untuk menyelamatkan diri.

Meski bisa dilakukan tanpa buoy, tetapi ada konsekuensi besar ketika tidak ada alat ini. Desember 2017 lalu misalnya, guncangan gempa dirasakan warga di pesisir selatan Jawa.

Gempa ini kemudian diikuti peringatan dini Tsunami di Pesisir Pangandaran, Jawa Barat yang belum berakhir selama berjam-jam.

Ini terjadi karena tidak ada bouy yang dapat melaporkan secara aktual tinggi permukaan laut.

Tsunami di Selat Sunda

Peringatan dini tsunami baru berakhir setelah tiga jam, tanpa adanya tsunami.
Berbeda dengan di Palu.

Ketinggian gelombang saat menghantam daratan pada peringatan dini tsunami sebelum berakhir tidak bisa dipastikan karena tidak ada buoy.

BMKG hanya mengetahui ketinggian hingga cepatnya gelombang laut ke daratan melalui skenario tsunami yang telah diperhitungkan sebelumnya.

Akibatnya, tsunami yang menghantam kota Palu tersebut membuat kaget banyak pihak karena ukuran kekuatan yang lebih besar dari prediksi.

Personel Basarnas Lampung berada di tengah lokasi terparah yang terdampak tsunami di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu, 23 Desember 2018.
Personel Basarnas Lampung berada di tengah lokasi terparah yang terdampak tsunami di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu, 23 Desember 2018. (Tribun Lampung/Noval Andriansyah)

Sehari setelah tsunami Selat Sunda, pesawat Geand Caravan Susi Air menangkap gambar erupsi Gunung Anak Krakatau pada 23/11/2018.

Gunung Anak Krakatau erupsi sejak Juni 2018 hingga sekarang.

Periode Oktober-November 2018 terjadi erupsi lebih besar dibandingkan 23/11/2018.

Hingga saat ini status aktivitas Gunung Anak Krakatau ada di level Waspada (II).

Sementara itu, update data korban sementara hingga 24/12/2018 pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang tewas, 1.016 luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 mengungsi.

Sumber: GridHot.id
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved