Meski Langka, Ini Sejumlah Catatan Gempa di Kalimantan, Ada yang Kekuatannya Capai VIII Skala MMI

Meski secara umum Pulau Kalimantan dikenal aman dari gempa, namun bukan berarti gempa sama sekali tak pernah terjadi.

Editor: Doan Pardede
geospasial
Ilustrasi - Peta Kalimantan 

Meski Langka, Ini Sejumlah Catatan Gempa di Kalimantan, Ada yang Kekuatannya Capai VIII Skala MMI

TRIBUNKALTIM.CO - Gempa dengan magnitudo 3.5 menguncang Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalteng, Kamis (31/1/2019) pagi.

Info Muara Teweh diguncang gempa dikabarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Adapun Gempa terjadi pada pukul 09:38:35 WIB dengan kedalaman 10 kilometer. 

Gempa ini, selain dirasakan warga di Muarateweh juga di sejumlah tempat lainnya di antaranya Kelurahan Jambu dan Jingah Kecamatan Teweh Baru, sampai Dusun Transbandep Kecamatan Teweh Selatan.

"Di daerah ini, guncangan gempa bumi dilaporkan dirasakan oleh banyak orang atau beberapa orang, bahkan beberapa warga ada yang berhamburan keluar seperti sekolah dan kantor untuk menyelamatkan diri," ujar Sunardi.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, guncangan ini merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.

 

Soal Logo Magnificent Samarinda, Citiasia Bantah Mencuri Karya George Bokhua, Berikut Penjelasannya

 

Sunardi menjelaskan, BMKG Barito Utara memiliki alat deteksi gempa bumi dan tsunami atau Tsunami Early Warning System (TEWS).

Alat ini, kata dia, berfungsi membantu BMKG memantau gempa dan tsunami yang terjadi di wilayah Pulau Kalimantan atau khususnya di sekitar laut Sulawesi.

"Alat ini hanya bersifat sensor, yang secara otomatis memberikan informasi kalau terjadi gempa kepada BMKG pusat," ujarnya.

Meski diketahui secara umum bahwa Pulau Kalimantan selama ini dikenal aman dari gempa dan tsunami, fakta mencatat sejarah yang merupakan peristiwa langka telah terjadi di Kalimantan Tengah, khususnya Muara Teweh.

 

Pemprov Kaltim Andalkan Pihak Ketiga untuk Kelola Aset Terbengkalai

Apa yang dimaksud MMI dalam keterangan tersebut?

Skala MMI (Modified mercalli Intensity) adalah gambaran keadaan yang dirasakan seseorang terhadap guncangan gempa.

Skala MMI (Modified mercalli Intensity) adalah gambaran keadaan yang dirasakan seseorang terhadap guncangan gempa.

BMKG membagi skala MMI dalam angka I hingga XII, dikutip dari @TribunBatam.id.

Setiap tingkatan memiliki arti tersendiri.

I MMI

Getaran tidak dapat dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang.

II MMI

Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

III MMI

Getaran dirasakan nyata dalam rumah.

terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

IV MMI

Pada siang hari dirasakan oleh banyak orang dalam rumah, di luar beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan berbunyi.

V MMI

Getaran dirsakan oleh hampir semua pednuduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

VI MMI

Getaran dirasakan oleh semua pednuduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari kelaur, plester dinding jatuh dancerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.

VII MMI

Tiap-tiap orang keluar rumah. kerusakan ringan pada rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik.

Sementara pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobing asap pecah. terasa oleh orang yang naik kendaraan.

VIII MMI

kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi kuat.

Retak-retak pada bangunan dengan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.

IX MMI

kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.

X MMI

Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah, el melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri, jembatan rusak, terjadi lembah.

Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.

XII MMI

hancur sama sekali, gelombang tampak pada permukaan tanah.

Pemandangan menjadi gelap.

benda-benda terlempar ke udara.

 

Aqua Boom Waterpark BSB Beri Diskon 50 Persen untuk Pemegang KTP Balikpapan, Catat Jadwalnya

Jalan Panjang KPU Umumkan 49 Caleg Eks Koruptor, Sempat Tak Diloloskan hingga Pertemuan dengan KPK

Benarkah Aman dari Gempa ?

Indonesia merupakan negara yang rawan gempa bumi.

Terbaru, gempa dengan magnitudo 6,3 mengguncang wilayah Situbondo, Jawa Timur dan Bali. Gempa terjadi sekitar pukul 01.00 pada Kamis (11/10/2018) dini hari.

Mengutip laman geomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi.

Ini terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di wilayah Ranau dan gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.

Hingga kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim.

Secara garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.

Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.

Ahli ITS Ingatkan Ada Patahan Surabaya dan Waru, jika Terjadi Gempa Bisa Menimbulkan Amplifikasi

Zona tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.

Sementara, letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil secara tektonik.

Namun, benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?

Ternyata jawabannya tidak.

Pulau Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.

Risiko guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi dataran Pulau Kalimantan.

Sementara itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.

Secara umum sesar-sesar di Pulau Kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara – selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut.

Lipatan yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya – timur laut.

Pola struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi sebelumnya.

Berdasarkan kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan.

Yakni, Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar.

Di samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.

Selengkapnya, kamu bisa membaca artikelnya di sini.

(*)

Artikel ini telah tayang di Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Dikenal Aman dari Gempa, ini Fakta Sejarah Gempa Bumi yang Pernah Terjadi di Pulau Kalimantan, dan Tribuntravel.com dengan judul Jarang Terjadi Gempa, Benarkah Pulau Kalimantan Sepenuhnya Aman dari Gempa Bumi?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved