Soal Logo Magnificent Samarinda, Citiasia Bantah Mencuri Karya George Bokhua, Berikut Penjelasannya
Citiasia selaku pembuat logo Magnificent Samarinda membantah mencuri karya desainer George Bokhua yang berjudul AA Bridge.
Soal Logo Magnificent Samarinda, Citiasia Bantah Mencuri Karya George Bokhua, Berikut Penjelasannya
Laporan Wartawan Tribun Kaltim.co, Nalendro Priambodo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Citiasia Centre for Smart Nation (CSSN), sebuah lembaga think thank bagian dari group Citiasiainc, yang fokus untuk promosi dan pelaksana kota cerdas, salah satunya di Kota Samarinda, menolak disebut mencuri desain branding Kota Tepian yang mereka buat.
Diketahui dua hari terakhir, media lokal di Kaltim memberitakan logo yang dibuat Citiasia hampir serupa dengan logo yang dibuat desainer yang berdomisili di Amerika Serikat, George Bokhua yang berjudul AA Bridge.
AA Bridge, pertama kali dimuat di website pribadi George, dengan alamat georgebokhua.com.
Pelatih Persib Bandung, Miljan Radovic Disebut Pelatih SSB Gara-gara Kebijakan Rekrutan Pemain
Semarakkan HUT Kota, Ini 5 Hotel yang Berikan Promo Great Sale di Balikpapan Selama Februari
Logo AA Bridge yang mirip dengan branding Samarinda dipastikan lebih dahulu dibuat George Bokhua, penelusuran di akun Instagram milik @george_bokhua menunjukkan logo itu, ia unggah duluan pada tahun 2015.

Sementara, logo buatan Citiasia yang dilaunching pada ulang tahun Kota Samarinda pada 21 Januari 2019, berupa modifikasi konsonan AMA yang membentuk kata SAMARINDA.
Huruf AMA ini, merupakan gabungan dan modifikasi dari huruf M dengan lengkungan yang digabung dalam satu huruf.
Dalam Sidang Adjudikasi, Caleg Kasdi Ungkap Sejumlah Hal yang Layak Jadi Pertimbangan Majelis Hakim
Ditinggal Suami Merantau, Wanita Ini Nekat Bunuh Bayi Hasil Hubungan Gelapnya dengan Mertua

Kemiripan itu, yakni modifikasi konsonan AMA yang merupakan gabungan dan modifikasi dari M dengan lengkung yang digabung dalam satu huruf.
Jika diperhatikan, kedua logo itu, mirip, kecuali soal warna, bentuk logo Magnificent Samarinda.
CEO dan pendiri Citiasia, Farid Subkhan menjelaskan dalam konferensi pers di salah satu cafe di Samarinda, bahwa dalam dunia yang digital yang serba terkonvergensi sekarang, terdapat jutaan ide di dunia maya.
Ide, kata dia, bisa muncul dari mana saja.
"Namanya kemiripan adalah sesuatu yang bisa terjadi," katanya dalam konferensi pers, Jumat (1/2/2019).
Brigjen Eddy Sumitro Tambunan Resmi Jabat Wakapolda, Ini Pesan Kapolda Kaltim Irjen Priyo Widyanto
Jalan Panjang KPU Umumkan 49 Caleg Eks Koruptor, Sempat Tak Diloloskan hingga Pertemuan dengan KPK
Ia menjelaskan, sebelum diputuskan logo Magnificent Samarinda itu, pihaknya sudah melakukan sejumlah penelitian terkait karakteristik kota Samarinda.
Konsonan vokal AMA yang mereka buat terinsipirasi dari gabungan jembatan mahkota II dan IV yang ditambah garis lengkung.
Setelah polemik ini, Farid mengaku langsung mencari referensi di internet, dan mencari tahu siapa itu, George Bokhua yang baru saja ia ketahui setelah polemik.
George, mengatakan pada media lokal, bahwa logo yang ia buat telah dicuri.
"Itu hak beliau (George), boleh juga beliau bilang begitu (logonya dicuri). Tapi, kan, kami tidak melakukan itu," kata Farid.
Kasasinya Ditolak, Jaksa Eksekusi Buni Yani Hari Ini Akan Susul Ahmad Dhani Masuk Penjara
Detik-detik Jaksa Eksekutor Balik Kanan dari Rumah Buni Yani, Ini Alasan Terbaru Hindari Vonis MA
Farid masih enggan menanggapi soal nilai proyek keseluruhan untuk membuat brand smartcity kota Samarinda yang mencapai Rp 600 juta.
Menurutnya, jumlah itu sifatnya subjektif, sebab, ada pula sebuah perusahaan yang bisa membayar sampai miliaran rupiah.
Hari Kusdaryanto, Chief Operating Officer Citiasia, di kesempatan yang sama menambahkan, selama ini, banyak logo-logo pariwisata di banyak daerah hanya modifikasi dari logo yang dikeluarkan oleh Kementerian Pariwisata.
Kalaupun, logo buatan Citiasia dan buatan George Bokhua itu masih dipermasalahkan, ia mempersilakan saja publik menilai.
Agar polemik tidak berkepanjangan, dia menyarankan logo Magnificent Samarinda didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM sebagai hak kekayaan kota Samarinda.
"Mereka yang akan menentukan apakah ini mencuri apa tidak. Saya berani taruhan kok, tidak (mencuri)," ujarnya.